Selasa, 11 Oktober 2016

Makalah tentang Humanis-Eksistensialis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Psikologi Konseling Humanis - Eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistic memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistic menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep dasar Psikologi Konseling Humanistik dan Eksistensialisme?
2.      Bagaimana proses pemberian terapi Humanistik dan Eksistensialis?
3.      Apa tujuan Konseling dari Teori Konseling Eksistensial?
4.      Bagaimana peran dan fungsi konselor Humanistik?
5.      Bagaimana hubungan konselor dengan konselee?
6.      Bagaimana teknik konselor dalam pemberian konseling kepada konselee?
7.      Bagaimana bunyi Dalil- dalil utama Eksistensial dalam menerapkan pada praktek terapi?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk menjelaskan konsep dasar Psikologi Konseling Humanistik dan Eksistensialisme.
2.      Untuk menjelaskan proses pemberian terapi Humanistic dan Eksistensialis.
3.      Untuk menjelaskan tujuan konseling dari Teori Konseling Eksistensialis.
4.      Untuk menjelaskan peran dan fungsi konselor Humanistik.
5.      Untuk menjelaskan hubungan konselor dengan konselee.
6.      Untuk menjelaskan teknik yang dipakai konselor dalam pemberian konseling kepada konselee.
7.      Untuk menjelaskan bunyi dalil utama Eksistensial dalam menerapkan praktek terapi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar
Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial-humanistik yaitu:
1.      Kesadaran diri.
Manusia memiliki kesanggupan menyadari diri sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seseorang maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada individu tersebut.
2.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi dasar kepribadian manusia.
3.      Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidupnya dan menciptakan nilai-nilai yang akan memeberikan makna bagi kehidupanya. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu acara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk yang rasional.
B.     Proses-proses Terapeutik
Pada dasarnya konseling eksistensial-humaniastik merupakan suatu pendekatan terhadap konselee dan terapi alih-alih suatu model teoritis tetap. Konseling ini menekankan pada kondisi inti manusia. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individual. Menurut pendekatan humanistik-eksistensial, dimensi dasar dari kondisi manusia mencakup:
1.      Kapasitas kesadaran diri.
2.      Kebebasan serta tanggung jawab.
3.      Menciptakan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang lain.
4.      Usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran.
5.      Kecemasan sebagai suatu kondisi hidup.
6.      Kesadaran akan datangnya maut serta ketidaksadaran.
C.   Tujuan Konseling dari Teori Konseling Eksistensial
Tujuan dari konseling eksistensial, yaitu:
1.    Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
2.    Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi membantu konseli menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
3.    Membantu konseli agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
D.    Peran dan Fungsi Konselor 
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1.      Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2.      Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
3.      Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
4.      Berorientasi pada pertumbuhan.
5.      Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi.
6.      Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
7.      Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknyatentang manusia secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8.      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
Mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9.      Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
E.     Hubungan Konselor dengan Konselee
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensional. Penekanan diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih pada tehnik-teknik yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan “masalah” klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada “disini dan sekarang”. Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung.
 Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan si klien itu (Yalom, 1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang mencakup kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan keberadaan mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak klien mereka benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku yang otentik dan pengungkapan diri. Oleh karena itu konselor mengajak klien untuk tumbuh dengan mencontoh perilaku yang otentik.
F.     Teknik Konseling 
Teori humanistic-eksistensial tidak  memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konselee bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.  Dalam konseling humanistik terdapat  teknik-teknik konseling, yang mana sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip kerja teknik humanistik antara lain :
1.      Membina hubungan baik (good rapport).
2.      Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya.
4.      Merangsang kedekatan emosional antara klien dan konselor.
5.      Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
6.      Mengembangkan potensi dan emosi positif klien.
7.      Membuat klien menjadi adequate.
G.    Tahap Konseling
Terdapat beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi eksistensial antara lain :
1.      Tahap pendahuluan
Konselor membantu konseling dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka  tentang  dunia. Konseling diajak  untuk mendefinisikan  dan menayakan  tentang  cara mereka memandang  dan menjadikan  eksistensi mereka  bisa  diterima.  Mereka  meneliti  nilai  mereka,  keyakinan,  serta asumsi  untuk  menentukan  kesalahannya.  Bagi  banyak  konseli  hal  ini bukan  pekerjaan  yang  mudah,  oleh  karena  itu  awalnya  mereka memaparkan  problema  mereka.  Konselor  disini  mengajarkan  mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
2.      Pada tahap tengah dari konseling eksistensial
Konselor didorong  semangatnya  untuk  lebih  dalam  lagi meneliti  sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka.  Proses eksplorasi  diri  ini  biasanya membawa  konseli  ke  pemahaman  baru  dan  berapa  restrukturisasi  dari nilai dan  sikap mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis  kehidupan  macam  apa  yang  mereka  anggap  pantas.  Mereka mengembangkan  gagasan  yang  jelas  tentang  proses  pemberian  nilai internal mereka.
3.      Tahap terakhir dari Konseling  eksistensial
Berfokus  pada  menolong  konseli  untuk  bisa melaksanakan apa yang  telah mereka pelajari  tentang diri mereka sendiri. Sasaran  terapi  adalah  memungkinkan  konseli  untuk  bisa  mencari  cara mengaplikasikan  nilai  hasil  penelitian  dan  internalisasi  dengan  jalan kongkrit. Biasanya konseli menemukan  jalan mereka untuk menggunakan kekuatan  itu  demi  menjalani  konsistensi  kehidupannya  yang  memiliki tujuan,
H.    Dalil- dalil utama Eksistensial dalam menerapkan pada praktek terapi
1.      Dalil Pertama : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berfikir dan memilih yang khas manusia.
2.      Dalil Kedua : kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalma arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka ia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
3.      Dalil Ketiga : keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatanya, tetapi pada saat yang sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan ornag lain serta dengan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan alam menyebabkan kesepian, mengalami alienasi,keterasingan dan depersonalisasi.
4.      Dalil Keempat : pencarian makna
Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuanganya untuk merasakan arti dan maksud hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas pribadi.
5.      Dalil Kelima : kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
6.      Dalil Keenam : kesadaran atas kematian dan non-ada
Kesadaran akan kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna dalam hidup.
7.      Dalil Ketujuh : perjuangan untuk aktualisasi diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri; yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu.
BAB III
KESIMPULAN
Konseling eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Dan tidak ada teknik khusus yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar