BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring
dengan kemajuan teknologi di dunia yakni di dalam era post industri dan
informasi banyak orang yang mengalami kekosongan batin yang luar biasa. Konsep
rasionalisme yang meyakini bahwa dengan teknologi manusia tidak membutuhkan
agama ternyata membuat manusia semakin kosong dan berpikir untuk kembali
mencari nilai-nilai agama, nilai-nilai spiritualitas atau hal yang bersifat
supranatural. Di sisi lain, kita juga diperhadapkan dengan seribu krisis
kemanusiaan: mulai dari krisis diri, alienasi, depresi, stres, keretakan
institusi keluarga, sampai beragam penyakit psikologis lainnya. Ada semacam
ketakutan eksistensial yang mengancam diri kita di tengah situasi krisis, sarat
teror, konflik, dan kekerasan, sampai pembunuhan yang menghiasi keseharian
hidup kita. di tengah kondisi tersebut di dunia barat mencuat suatu ketidak
percayaan terhadap agama secara formal dan terkhusus di dalam kekristenan
dimana terdapat gejala secara umum yakni ekslusif dan dogmatis di dalam kehidupan
kekristenan. Ekspansi New Age menjadi populer dan fenomenal pada dasawarsa
1970-an sebagai protes keras atas kegagalan proyek Kristen dan Humanisem
sekuler dalam menyajikan wawasan spiritual dan petunjuk etis menatap masa
depan. Pertama, di lingkungan gereja Kristen, misalnya, sulit menghapus ingatan
masa lalu saat Gereja menerapkan doktrin “No salvation outside the Church!”
Tidak ada keselamatan di luar Gereja.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian New Age?
2.
Bagaiaman Sejarah New Age?
3.
Bagaimana Jaringan New Age?
4.
Bagaimana Ide dan Kepercayaan New
Age?
5.
Bagaimana Dasar Keyakinan New Age?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui Apa pengertian New Age.
2.
Mengetahui Bagaiaman Sejarah New
Age.
3.
Mengetahui Bagaimana Jaringan New
Age.
4.
Mengetahui Bagaimana Ide dan
Kepercayaan New Age.
5.
Mengetahui Bagaimana Dasar Keyakinan
New Age.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Secara literal,
New Age Movement adalah gerakan zaman baru, yang oleh Rederic dan Mery Ann
Brussat disebut sebagai “zaman pencerahan spiritual”. New age movement, mulai
menjadi bahan pembicaraan publik selama dasawarsa 80-an dan terus berlanjut
sampai 90-an. Maraknya wacana ini merupakan puncak dari kesinambungan sejarah.
Dulu, pada akhir dasawarsa 60-an dan memasuki awal tahun 70-an, sudah lahir
benih baru New Age yang secara populer diekspresikan dalam bentuk “gerakan
sadar diri” (self-conscious movement). Sebelumnya (1890-an) sudah ada
masyarakat Vedanta di Amerika dan juga Transendentalisme oleh Thoreau dan
Theosophy (hikmat ilahi atau pengetahuan tentang Allah) oleh Helena Blavatsky.
Perpaduan kedua hal ini menjadi cikal bakal ‘ledakan’ NAM yg secara nyata hadir
tahun 1970-an. Paham ini berkeyakinan ‘alam semesta ini mempunyai nafas semesta
yang tidak berpribadi yang di sebut “hikmat ilahi” tugas manusia adalah untuk
memperoleh hikmat ilahi ini dan menguasainya sehingga dapat hidup dengan
sempurna di bumi ini.’ Ledakan new age movement bukan sebagai sebuah agama atau
organisasi melainkan gerakan spontan dengan jubah yang berbeda-beda tetapi
dengan nafas ajaran yang sama. Mulai dari cult, sect, New Thought, New
Religious Movement, Human Potentials Movement, The Holistic Health Movement,
sampai New Age Movement. Namun, benang merahnya hampir sama: memenuhi hasrat
spiritual yang mendamaikan hati. Aktifitas yang mencakup paham ini juga
terdapat di dalam aktifitas Kebatinan yoga, prana, transcendental meditation,
sei baba, taoisme, tai chi & Waitankung, Feng shui & Astrologi, Zen
Budhaisme, kebatinan jawa dan perdukunan.[1]
B.
Sejarah
Lahirnya Gerakan New Age
Gerakan atau
jaringan New Age pertama kali muncul di Inggris pada akhir 1950-an atau tahun
1960-an. Di Amerika Serikat, gerakan New Age berawal tahun 1971. Ini ditandai,
antara lain, dengan berdirinya ashram-asrham (padepokan-padepokan) dan
pusat-pusat pelatihan yang didirikan oleh guru-guru dari Timur. Meskipun
demikian, baru pada tahun 1987 New Age dikenal secara luas oleh masyarakat
Amerika. Hal ini adalah berkat disiarkannya di televisi nasional versi film
dari buku yang ditulis oleh seorang new ager, artis Shirley MaLaine, yang berjudul
Out on a limb (1983). Di dalam buku tersebut ia menceritakan tentang
pencariannya terhadap jawaban-jawaban spiritual melalui channeling (praktek
berkomunikasi dengan makhluk dar luar dunia ini melalui perantara) dan
pengalaman-pengalaman UFO (Unidentified Flying Object, atau Benda yang Tidak
Dikenal/Piring Terbang) di pegunungan Andes, Peru. Kedua macam aktivitas
tersebut termasuk kedalam kelompok New Age.
Gerakan New Age
bukanlah gerakan yang betul-betul baru, yang tidak mempunyai hubungan dengan
gerakan-gerakan spiritual sebelumnya. Akar-akar sejarah gerakan ini dapat
ditelusuri di dalam gerakan-gerakan keagamaan alternative yang muncul pada abad
ke 19. Misalnya, Spiritualisme , Teosofi , dan berbagai macam gerakan-gerakan
penyembuhan alternative Hampir sejalan dengan ini, Hengraaf mengatakan bahwa
gerakan New Age berakar pada UFO cults yang berkembang pada tahun 1950-an, dan
masih bertahan sampai sekarang. Pandangan hidup yang bersifat metafisik-rahasia
dari UFO-cults ini mengambil inspirasi dari berbagai macam sumber, khususnya
sistem Teosofi Alice A. Bailey.
Apabila
ditinjau dari sudut lain, kata Melton, New Age dapat dianggap sebagia sebuah
gerakan pengganti terhadap budaya-tandingan (counterculture) yang muncul pada
tahun 1960-an. Sebagaimana dikemukakan oleh para pengamat New Age, banyak new
agers adalah baby-boomers yang mungkin pada periode tersebut berpartisipasi
dalam budaya-tandingan berangsur hilang pada awal 1970-an, banyak mantan
“hippies” beralih ke pencarian spiritual di luar tradisi Judeo-Kristen.
Henegraaff
membagi New Age ke dalam dua periode: New Age sensu stricto, yaitu New Age
dalam pengertian terbatas, dan New Age sensu lato atau New Age dalam pengertian
yang lebih luas. Dalam periode pertama, New Age sangat diwarnai oleh ajaran-ajaran
Teosofi dan Anhtroposofi . Hal ini disebabkan gerakan tersebut bermula dan
berakar di Inggris dimana kedua aliran itu dianut oleh banyak orang. Pada tahap
ini new agers sangat mengharapkan kedatangan masa Aquarius. Hal ini berdasarkan
pada interpretasi astrologis terhadap sejarah. Menurut interpretasi ini, setiap
dua ribu tahun umat manusia beralih ke satu era baru dimana peradaban sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat dan tanda-tanda astrologis tertentu yang berkuasa
pada masa itu. Selama 2000 tahun yang lalu manusia berada dibawah tanda Pisces,
dan sekarang memasuki masa Aquarius. Oleh karena itu, New Age senso strico
mempunyai visi millenarian. Sebagai akibatnya, perhatian mereka terfokus kepada
kedatangan era baru dalam waktu dekat.
New Age sensu lato
atau dalam pengertian yang luas muncul ketika menjelang tahun 1970-an semakin
banyak orang menyadari adanya persamaan yang besar diantara ide-ide dan
usaha-usaha “alternatif” yang sangat beraneka ragam. Orang-orang ini kemudian
menganggapnya sebagai bagian-bagian dari suatu gerakan yang terpadu. New Age
sensu stricto yang bertahan hidup pada tahun 1970an dan 1980-an bisa dianggap
sebagai bagian dari New Age sensu lato. Pada periode kedua ini harapan akan
datangnya masa Aquarius tidak lagi dianggap penting. Dan New Age sensu lato ini
lebih bercorak Amerika tinimbang Inggris, dan sangat dipengaruhi oleh
budaya-tandingan California. Oleh karena itu, pengaruh-pengaruh tradisi
metafisik dan New Tought khas Amerika sangat kelihatan tinimbang Teosofi dan
Anthtrosofi. Satu hal yang perlu dicatat ialah bahwa tak satupun dari fenomena
yang disebut New Age adalah melulu pengulangan dari fenomena tradisional.
Semuanya berkembang. Semuanya berkembang dengan karakteristik masing-masing,
sering mengambil arah yang unik dibawah pengaruh pandangan New Age.
Satu hal yang sering dibicarakan dan dianjurkan para penulis buku-buku New Age pada periode kedua ini adalah ‘perubahan paradigma’ (paradigm shift) dalam memandang dan memahami dunia ini. Suatu perubahan pandangan hidup yang utama sebagai sumber dari cita-cita dan nilai-nilai yang akan menuntun budaya dan peradaban umat manusia.
Satu hal yang sering dibicarakan dan dianjurkan para penulis buku-buku New Age pada periode kedua ini adalah ‘perubahan paradigma’ (paradigm shift) dalam memandang dan memahami dunia ini. Suatu perubahan pandangan hidup yang utama sebagai sumber dari cita-cita dan nilai-nilai yang akan menuntun budaya dan peradaban umat manusia.
C.
Jaringan New
Age
Juru bicara New
Age Marilyn Ferguson mengatakan bahwa gerakan New Age adalah “jaringan
(network)” yang tidak mempunyai pemimpin, tetapi sedang bekerja dengan kuat
untuk menciptakan perubahan yang radikal” Ferguson menyebut jaringan ini the
Aquarian Conspiracy, yang anggotanya terdiri dari berbagai tingkatan
penghasilan dan pendidikan, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Mereka inilah yang pada akhirnya akan merubah fondasi masyarakat industri
modern. Elliot Miller menyebut beberapa tokoh yang menjadi anggota gerakan New
Age. Diantaranya adalah: Alfin Tofler (futurist), E.F. Schumacher (ahli
ekonomi), Fritjof Capra (ahli fisika), Richard Alpert alias Baba Ram Das
(mantan Proffesor Psikologi di Harvard), dan Mark Satin (pengarang “New Age
Politics”). Saat ini Deepark Chopra adalah guru New Age yang paling populer di
dunia.
Adapun jaringan
(network) itu, menurut Melton, adalah suatu struktur orang dan organisasi yang
sangat longgar, yang dihubungkan satu sama lain oleh satu minat atau
kepentingan yang sama. Mereka ini dihubungkan terutama oleh sebuah buku daftar
alamat yang berisi nama, alamat, dan nomor telpon. Orang-orang yang tercantum
di dalam satu daftar jaringan mungkin, tetapi biasanya tidak, mempunyai ikatan
organisasi formal, biasanya hubungan itu berbentuk asosiasi yang sederhana.
Jaringan ini
cenderung bersifat desentralisasi dengan kekuasaan dan tanggung jawab
distribusi secara luas. Jaringan juga sering tidak mempunyai pimpinan dan
kantor pusat. Para anggota jaringan ini independen dan masing-masing mempunyai
daerah kekuasaan dan agenda. Meskipun demikian, mereka bekerjasama di dalam
satu network karena mereka mempunyai beberapa misi dan nilai yang sama.
Adapun arti dan definisi dari New Age itu sendiri sangat bervariasi, tergantung pada aspek yang ditekankan oleh orang yang mendefinisakannya. Hal ini disebabkan ole hide-ide, ajaran-ajaran dan aktifitas-aktifitas yang masuk kategori New Age sangat banyak dan beranekaragam. Drane mengatakan bahwa ‘unsur-unsur yang sangat bervariasi yang masuk ke dalam adonan New Age akan selalu menjamin bahwa setiap definisi mengenai New Age pasti ditantang oleh orang lain yang mengalami pengalaman berbeda dengan mengenai New Age’.
Adapun arti dan definisi dari New Age itu sendiri sangat bervariasi, tergantung pada aspek yang ditekankan oleh orang yang mendefinisakannya. Hal ini disebabkan ole hide-ide, ajaran-ajaran dan aktifitas-aktifitas yang masuk kategori New Age sangat banyak dan beranekaragam. Drane mengatakan bahwa ‘unsur-unsur yang sangat bervariasi yang masuk ke dalam adonan New Age akan selalu menjamin bahwa setiap definisi mengenai New Age pasti ditantang oleh orang lain yang mengalami pengalaman berbeda dengan mengenai New Age’.
David Spangler ,
seorang guru, juru bicara dan sekaligus kritikus New Age, melukiskan New Age
sebagai sebuah pasar loak atau pasar malam. Dikedua kesempatan tersebut
terdapat banyak sekali stan-stan (booths) yang berwarna-warni dan berbagai
macam bentuk. Keduanya adalah tempat bermain dan dan lokasi untuk menemukan
hal-hal atau benda-benda yang diperlukan. Menurut Spangler, pasar (loak/malam)
New Age juga terdiri dari berbagai macam tenda yang membingungkan. Hal ini
disebabkan sangat bervariasinya kelompok-kelompok dan ajaran-ajaran yang
dikelompokkan ke dalam New Age.
Mengutip The
Seeker’s Guide: A New Age Resources Book karya new agers William Bloom dan Jhon
Button, Spangler, salah seorang dari founding fathers gerakan New Age, menyebut
40 kelompok yang dapat diberi label New Age. Ia menambahkan bahwa jumlah
tersebut hanya sebagian dari daftar kelompok New Age yang dicantumkan di dalam
buku itu, dan banyak kelompok tidak memakai label New Age. Diantaranya adalah
sebagai berikut: Spiritualitas Dewi, Spiritualitas Orang Indian Amerika,
Meditasi, Yoga, Kaballah Yahudi, Astrologi, Shamanisme, Herbalisme, Hipotesa
Gaia, ESP, Fisika Baru, Biologi Baru, Psikologi Humanistik, Psikologi
Transpersonal, Teori Chaos, Ecofeminisme, Neopaganisme, dan Ilmu Sihir, Bisnis
Holistik, Pendidikan Holistik, Sumber-sumber Energi Alternatif, Pengalaman di
Ambang Kematian, Praktek berkomunikasi dengan makhluk yang hidup di dunia lain
dan makhluk halus melalui seorang perantara (Chanelling), dan Masyarakat atau
Komune yang dibentuk dengan sengaja dan sukarela (International Community).
Karena banyak
dan bervariasinya kelompok yang diberi label New Age, maka tidak mengherankan
kalau New Age sukar dipahami, tidak saja oleh orang awam tetapi oleh akademisi
sekalipun. Sebagai akibatnya, New Age mempunyai arti berbeda-beda bagi setiap
orang. Misalnya Heelas menganggap New Age sebagai ajaran-ajaran dan
praktek-praktek eklektif yang berpusat di sekitar self-spirituality. Melton memandang
New Age sebagai visi transformative dari satu dunia dan manusia baru.
Henegraaff menganggap New Age sebagai agama, dan mendefinisikannya sebagai
suatu bentuk esoterisme yang disekulerkan. Bruce juga memandang New Age sebagai
satu bentuk agama yang sangat cocok dengan dunia sekuler. Sedangkan Frisk melihat
New Age sebagai konsep yang beraneka ragam dari budaya yang bermacam-macam yang
difokuskan pada penyembuhan (healing), dan cara-cara yang diambil dari berbagai
macam budaya untuk mencapai kondisi sehat.
Menurut
Spangler, ada satu hal yang menghubungkan semua kelompok yang beraneka ragam
itu, yaitu semuanya menolak pandangan hidup yang matrealistik dan paradigma
patriakhal dan budaya masyarakat Barat kontemporer. Mereka menawarkan suatu
proses transformasi bagi individu atau budaya secara keseluruhan.
David Spangler
menjelaskan bahwa New Age bukan agama baru. Spangler mengatakan bahwa New Age
tidak mempunyai satu doktrin terpadu yang dapat menjadi acuan new ager. Ia
tidak mempunyai seorang pendiri spiritual seperti Budha, Yesus atau yang
lainnya. Ia tidak mempunyai satu set latihan spiritual yang utuh, pola umum
maupun fokus penyembahan. Ia juga tidak mempunyai satu jalan spiritual yang
dirumuskan dengan baik menuju yang sakral. Ada beberapa kelompok cirri-ciri
tersebut, tetapi mereka adalah pengecualian.
Spangler yang
pernah tinggal selama tiga tahun di Findhorn, satu komune New Age di Skotlandia
Utara, membagi New Age ke dalam empat level.
Pertama, New
Age sebagai label, yang biasanya dipakai di dalam lingkungan komersial. Disini
label “New Age” dipakai sebagai alat untuk menjual musik, obat-obatan,
kursus-kursus, dan lain-lain.
Kedua, New Age
sebagai “glamour”, suatu level yang paling popular dianggap sebagai “new age”
dan paling banyak mendapat publisitas. Pada level ini individu dan kelompok
hidup dalam fantasi petualangan dan kekuatan, biasanya bersifat millenarian.
Cirri utama dari level ini adalah keterikatan terhadap dunia pribadi pemuasan
ego, dan sebagai akibatnya (meskipun tidak terlalu nampak) new agers menarik
diri dari dunia. Pada level ini New Age dihuni oleh makhluk-makhluk aneh dan
eksotik, para master, para ahli, dan makhluk dari angkasa luar. Level ini
adalah suatu tempat kekuatan-kekuatan batin dan msiteri-misteri rahasia,
konspirasi-konspirasi dan ajaran rahasia.
Ketiga, New Age
sebagai imej perubahan, biasanya dimaksudkan sebagai suatu paradigm shift di
dalam institusi-institusi dan kesadaran manusia seperti yang diharapkan oleh
Marilyn Ferguson. Di dalam konteks ini ide tentang kemunculan kemunculan budaya
budaya baru biasanya nampak di dalam istilah-istilah spiritual, dan istilah new
ager itu sendiri jarang dipakai
Keempat, New
Age sebagai penjelmaan dari yang sakral dan dilukiskan sebagai suatu peristiwa
spiritual, lahirnya kesadaran dan pengalaman hidup yang baru.
D.
Ide dan
Kepercayaan New Age
Bednarowski mengatakan
bahwa new agers peraya bahwa Tuhan atau the Absolute itu imanen di dalam setiap
atom dari alam semesta. Bersumber dari kepercayaan ini new agers percaya bahwa
segala sesuatu di alam semesta ini mempunyai hubungan satu sama lain
(interconnectedness). Sejalan dengan ini, Spangler mengatakan bahwa segala
sesuatu yang dianggap Tuhan itu bukanlah satu titik tempat bertemunya segala
sesuatu, merupakan ia merupakan lapangan di mana segala sesuatu dirangkul,
diterima dan diberi makna dan nilai khusus. Sebagai akibatnya, kata Spangler,
Tuhan bisa saja ditemukan di semua tempat dan setiap saat.
Paham ketuhanan
yang bercorak panteisme-monisme ini dituntanskan penjabarannya oleh new agers Shirley
MacLaine, artis dan orang yang pertama kali mempopulerkan New Age kepada publik
Amerika. Ia mengatakan: “Apabila setiap orang diajari satu hukum spiritual yang
utama, maka duniamu akan menjadi tempat yang lebih menyenangkan dan lebih
sehat. Dan hukum itu: setiap orang adalah Tuhan. Setiap orang.” Atau “All is
one. We are all One. All is God. And we are God.”. Paham yang menganggap bahwa
manusia adalah Tuhan dikemukakan pula oleh Mark Pesce, yang mengaku sebagai
tukang sihir yang baik (a good witch), ketika ia mengatakan kepada Zaleski yang
mewawancarainya bahwa “ there is no God but man” (“tidak ada Tuhan selain
manusia”).
Dengan
demikian, New Age tidak membuat perbedaan antara Pencipta dengan ciptaan-Nya,
New Age mengajarkan bahwa di dalam diri manusia terdapat hakekat yang suci.
Oleh karena itu, diri manusia pada dasarnya adalah baik. Apabila ia jelek, maka
akibat dari pengaruh lingkungan dan keadaan sekitarnya. Dengan demikian, system
kepercayaan dan terapi yang ditawarkan oleh New Age bertujuan untuk
menghilangkan kumpulan residu dari pengalaman-pengalaman yang tidak baik, dan
membebaskan potensi manusia. Dengan kata lain, tujuan dari perjalanan spiritual
adalah untuk membebaskan Tuhan dalam diri manusia, dan supaya manusia dapat
berhungungan dengan pusatnya yang sejati.
Heelas
memasukkan usaha ‘pembuangan otoritas ego’ ini kedalam unsur ketiga dari
tema-tema besar New Age atau self-spirituality. Dua tema besar lainnya yang
disebut oleh Heelas adalah bahwa kehidupan manusia, sebagaimana dialamai secara
konvensional, tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan manusia
hidup secara mekanis di dalam system kepercayaan mereka, bukannya hidup di
dalam dunia pengalaman yang sesungguhnya. Yang kedua, dan merupakan aspek
paling penting dari lingua franca New Age adalah bahwa manusia itu pada
hakekatnya bersifat spiritual. “To experience the ‘Self’ it self is to
experience ‘God, the Goddness, the Source’…”
Ajaran bahwa
segala sesuatu di dunia ini saling terkait satu sama lain, dan bahwa segala
sesuatu berasal dari satu sumber erat hubungannya dengan konsep ‘holisme’ New
Age. Konsep ‘holisme’ ini dipertentangkan dengan pandangan-pandangan yang
non-holistik, yaitu budaya-budaya lama yang hendak diganti oleh New Age.
Pandangan-pandangan non-holistik ini terdiri dari dua kategori, yaitu dualisme
dan reduksionisme.
Adapun tentang
agama, Bednarowski, mengatakan bahwa New Age mengenal hanya satu agama
universal. Meskipun dalam kenyataan agama universal ini berwujud dalam berbagai
macam bentuk, tetapi pada hakekatnya kepercayaan mistik yang sama (the Truth)
mendasari setiap agama. Meskipun demikian, new agers menolak agama formal
(organized religion) karena agama semacam ini, menurut mereka,telah mengurung
yang sakral dan tidak memberi manusia jalan untuk memasuki pengalaman spiritual
selain dari cara-cara yang telah ditentukan oleh institusi tersebut. Di samping
itu, agama formal (Kristen) mengajarkan tentang doktrin dosa dan
ketidakberdayaan manusia. Doktrin ini meremehkan potensi manusia, padahal
manusia itu adalah Tuhan, sebagaimana pernyataan new agers Shirley MacLaine dan
Mark Pesce.
Mengenai
science, new agers menolak science yang bersifat mekanistik dan matrealistik
yang didukung oleh fisika Newtonian. Karena, menurut mereka, jenis science ini
tidak memberi tempat bagi kesadaran: ruh atau jiwa, atau segala sesuatu yang
bukan materi di alam semesta. Newtonian science juga tidak mengakui realitas
sentral dari pengalaman manusia, yaitu aspek-aspek perasaan yang lebih dalam.
Sebagai pengganti fisika Newtonian new agers memakai ‘fisika baru’, yaitu dunia quantum dan hologram, sebagai fondasi dari pandangan hidup yang baru. Menurut mereka, ini adalah dunia yang bagian-bagiannya saling berhubungan satu sama lain dan terlibat dalam kreatifitas terus menerus, bukan bagian-bagian yang terpecah-pecah dan statis. Ia juga adalah dunia yang mendukung visi mistik yang mempersatukan, dan oleh karena itu mempunyai potensi untuk mempertemukan wawasan science dan agama mengenai tabiat realitas.
Sebagai pengganti fisika Newtonian new agers memakai ‘fisika baru’, yaitu dunia quantum dan hologram, sebagai fondasi dari pandangan hidup yang baru. Menurut mereka, ini adalah dunia yang bagian-bagiannya saling berhubungan satu sama lain dan terlibat dalam kreatifitas terus menerus, bukan bagian-bagian yang terpecah-pecah dan statis. Ia juga adalah dunia yang mendukung visi mistik yang mempersatukan, dan oleh karena itu mempunyai potensi untuk mempertemukan wawasan science dan agama mengenai tabiat realitas.
Kepercayaan New
Age yang lain adalah reinkarnasi dan karma. Seperti akan yang dijelaskan di
dalam tulisan ini, transformasi pribadi merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, setiap new ager akan memilih sadhana (jalan
spriritual) untuk berkembang dan pertumbuhan satu periode kehidupan, maka
kepercayaan terhadap reinkarnasi dan karma memberikan suatu kerangka jangka
bagi seseorang untuk melihat perkembangan spiritualnya. Individu-individu akan
menyelesaikan pertumbuhan moral dan spiritual mereka pada saat menjalani
akibat-akibat dari perbuatan mereka yang lalu, baik di dalam kehidupan
terdahulu maupun yang sekarang, dalam kehidupan yang berturut-turut dalam
bentuk tubuh. Hukum karma, yaitu hukum yang mengatakan bahwa alam semesta
memberi ganjaran dan hukuman, memberikan otoritas terhadap perbuatan yang
bermoral. Perbuatan yang tidak bermoral menghasilkan akibat yang tidak
menyenangkan (bad karma) bagi pelakunya.
Kepercayaan
terhadap reinkarnasi dan karma termasuk diantara sedikit kepercayaan New Age
yang diyakini sedemikian kuatnya dan dengan penuh semangat. Hal ini disebabkan
kepercayaan terhadap kedua hal tersebut menegasikan doktrin neraka dan
kekekalan di dalamnya. Disamping itu, ia menjelaskan ketidaksamaran dan
kenegatifan kehidupan. Ia juga memberi waktu tambahan yang diperlukan bagi
pertumbuhan spiritual, dan menyediakan sumber yang tidak pernah habis bagi
spekulasi tentang kehidupan yang lampau, pasangan yang serasi, dan kehidupan
setelah meninggal.
Ide atau paham
New Age yang paling utama adalah kepercayaan akan terjadinya transformasi.
Trasnformasi sebagai inti dari paham atau visi New Age dikemukakan, antara
lain, oleh David Spangler dan J. Gordon Melton. Transformasi ini, meurut
mereka, dimulai pada level individu dan selanjutnya diharapkan transformasi terjadi
pada level masyarakat. Dari individu yang utuh dan sehat, lahirlah
pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan yang akan mentrasformasi dunia.
Bagaimana
proses terjadinya transformasi pada level masyarakat? New agers percaya bahwa
sekelompok minoritas yang telah mengalami transformasi dapat menimbulkan
perubahan luas. Proses in mereka jelaskan melalui, antara lain, satu teori yang
dikenal dengan nama critical mass. Teori ini dapat dilacak sumbernya dari
cerita tentang “Pengaruh atau Fenomena Monyet Keseratus”. Pada tahun 1958 di
Pulau Koshima Jepang, beberapa orang peneliti yang sedang mempelajari tingkah
laku kera liar menuangkan kentang.[2]
E.
Dasar Keyakinan
Tidak ada
sebuah keyakinan yang seragam diantara para pengikut New Age. Tetapi ada
beberapa keyakinan dasar yang diyakini oleh banyak pengikut New Age dan sering
digunakan sebagai alat pengelompokan gerakan New Age. Walaupun begitu, tidak
ada paksaan bagi para pengikut New Age untuk memilih keyakinan dan praktek yang
paling sesuai dengan diri mereka. Fleksibilitas memilih dogma dan ritual itulah
yang menjadi ciri utama gerakan New Age. Diantara keyakinan dasar para pengikut
New Age yang sering membuat ikatan diantara mereka adalah:
1.
Monisme: keyakinan bahwa semua yang
eksis diturunkan dari satu sumber energi yang kekal. Segala sesuatu yang ada,
merupakan derivasi (penjabaran) dari sumber tunggal, divine energy.
2.
Pantheism: keyakinan bahwa semua
yang eksis adalah Tuhan; Tuhan adalah semua yang ada. Semua itu secara natural
membawa pada konsepsi sifat ilahiah dalam diri individu karena kita semua
adalah perwujudan Tuhan. Mereka tidak mencari Tuhan sebagaimana diwahyukan di
dalam kitab-kitab suci atau ada di surga nun jauh di sana. Mereka mencari Tuhan
di dalam diri mereka dan melalui seluruh semesta.
3.
Reinkarnasi: keyakinan bahwa sesudah
mati, kita terlahir dan hidup lagi sebagai makhluk lain. Siklus ini berulang
berkali-kali. Keyakinan ini serupa dengan konsepsi peralihan jiwa
(transmigration of soul) dalam agama Hindu.
4.
Karma: keyakinan bahwa kejadian baik
dan buruk yang kita terima merupakan akumulasi dari catatan kehidupan kita
sebelumnya. Pada akhir kehidupan, kita dibalas sesuai dengan hitungan karma
kita melalui kelahiran kembali (reinkarnasi) dengan kehidupan yang lebih baik
atau kehidupan yang lebih buruk.
5.
Aura: keyakinan bahwa setiap benda
termasuk tubuh manusia mempunyai lingkaran energi yang mengelilinginya. Energi
itu tak terlihat bagi kebanyakan orang, tetapi dapat dideteksi oleh orang yang
terlatih sebagai bentuk yang berpendar, berwarna-warni mengelilingi tubuh. Aura
diyakini sebagai tanda yang dapat digunakan untuk mendeteksi kesehatan fisik,
mental dan spiritual seseorang.
6.
Transformasi Pribadi: keyakinan
bahwa sebuah pengalaman spiritual yang dialami sendiri dapat mengarahkan
seseorang pada penerimaan terhadap keyakinan dan praktek-praktek New Age.
Transformasi pribadi ini digunakan untuk mengembangkan potensi diri, kemampuan
mengobati diri sendiri dan orang lain, serta lebih memahami cara kerja semesta.
Pada masanya nanti, ketika cukup banyak orang yang mengalami transformasi
pribadi, sebuah transformasi yang bersifat sosial diyakini akan terjadi di
dunia.
7.
Tanggung Jawab Lingkungan: sebuah
keyakinan tentang urgensi untuk menjaga kesehatan bumi, yang sering dilihat
sebagai sebuah bagian yang hidup.
8.
Agama Universal: keyakinan bahwa
hanya ada satu realitas yang eksis karena semua adalah Tuhan. Agama-agama
sesungguhnya hanya merupakan jalan yang berbeda menuju realitas puncak (Tuhan).
Agama universal dapat divisualisasikan dengan sebuah gunung dengan banyak
sadhanas (jalan spiritual) menuju puncak. Sebagian sulit, sebagian yang lain
mudah. Tidak ada satu jalan tunggal yang benar. Semua jalan pada akhirnya dapat
mencapai puncak. Para New Agers mengantisipasi datangnya sebuah agama universal
baru yang mengandung elemen dari keyakinan saat ini yang akan muncul dan
diterima secara umum di seluruh dunia.
9.
Zaman Baru: ada sebuah utopia
tentang era baru, pemerintahan dunia, akhir peperangan, penyakit, kelaparan,
polusi, dan kemiskinan. Semua bentuk diskrimasi akan berakhir. Perjuangan
kesukuan dan nasionalisme akan digantikan dengan sebuah kepedulian pada seluruh
dunia dan penduduknya.[3]
DAFTAR PUSTAKA
Hafid,
Gerakan New Age, Magelang: http://duniahafid.blogspot.com/2009/04/gerakan-new-age.html
Prasasti
perangin-angin, new age, Medan: http://prasastipoenya.blogspot.com/2007/12/makalah-new-age.html, 2007
[1]Hizzaremanru, new
age movement, (http://hizzaremanru.blogspot.com/2013/04/new-age-movement.html), 11:16, 27 Mei
2015.
[2]Hafid, Gerakan
New Age, (Magelang: http://duniahafid.blogspot.com/2009/04/gerakan-new-age.html), 10:53, 26
Mei 2015.
[3]Prasasti
perangin-angin, new age, (Medan: http://prasastipoenya.blogspot.com/2007/12/makalah-new-age.html, 2007), 10:29.
26 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar