BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut tradisi sufi, kita memiliki tujuh jiwa.
Masing-masing mewakili tingkat evolusi yang berbeda-beda seperti jiwa mineral,
nabati, hewani, pribadi, insani, rahasia, dan maharahasia. Model sufi mengenai
jiwa ini bersifat seimbang, tiap jiwa memiliki potensi yang berharga. Dalam
sufisme, perkembangan spiritual sejati berarti perkembangan seluruh jiwa secara
seimbang termasuk tubuh, akal dan jiwa. Ada banyak sistem yang memusatkan
perhatian pada tubuh olahraga, seni berperang, teknik penyembuhan dan beragam
disiplin ilmu lainya. Pendidikan modern hampir semua memusatkan pada sepenuhnya
pada akal. Banyak juga yang disiplin spiritual menekankan pada prinsip dan
latihan spiritual, tetapi mengabaikan akal dan tujuh. Di dalam sufisme, seluruh
kehidupan adalah bagian dari praktik spiritual. Keluarga, pekerjaan, dan
hubungan sosial memberikan kesempatan yang sama seperti doa dan meditasi dalam
ham pengembangan spiritual.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Jiwa Mineral ?
2.
Apa yang dimaksud dengan Jiwa Nabati ?
3.
Apa yang dimaksud dengan Jiwa Hewani ?
4.
Apa yang dimaksud dengan Jiwa Pribadi ?
5.
Apa yang dimaksud dengan Jiwa Insani ?
6.
Apa yang dimaksud dengan Jiwa Rahasia ?
7.
Apa yang dimaksud dengan Jiwa Maharahasia ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengerti maksud dari Jiwa Mineral.
2.
Mengerti maksud dari Jiwa Nabati.
3.
Mengerti maksud dari Jiwa Hewani.
4.
Mengerti maksud dari Jiwa Pribadi.
5.
Mengerti maksud dari Jiwa Insani.
6.
Mengerti maksud dari Jiwa Rahasia
7.
Mengerti maksud dari Jiwa Maharahasia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jiwa Mineral
Jiwa mineral
atau ruh maddani itu terletak dalam sistem kerangka. Di dalam diagram
tujuh aspek jiwa, jiwa mineral berbatasan dengan jiwa Maha Rahasia, wadah
percikan Illahi yang suci di dalam diri masing-masing manusia. Dunia mineral
sangatlah dekat dengan Tuhan. Ia tidak pernah memberontak kepada kehendak
Ilahi.
Sebagaian besar
kita tidak menaruh perhatian pada struktur kerangka kita. Kita baru
menyadarinya tulang kita patah-kemudian kita tiba-tiba menjadi begitu peka
terhadapnya. Kebanyakan orang duduk dengan buruk dan bergerak sangat tidak
seimbang. Struktur kerangka kita, khususnya tulang punggung, diciptakan untuk
mendukung kita di dalam wilayah gravitasi dengan jumlah tegangan otot yang
minimun. Kapan pun kita duduk atau bergerak secara tidak sadar dan seimbang,
kita menghasilkan tegangan-tegangan yang tidak perlu dan membuat tidak nyaman.
Seperti halnya
kerangka tubuh kita yang tersembunyi di dalam tubuh, terdapat juga struktur
batiniah yang tersembunyi di dalam tubuh kita yang sebagian besarnya adalah mineral,
yakni sistem kerangka.
Struktur
mineral kita yang dalam mencakup kesadaran akan keberadaan kita. Ia bahan dasar
yang ditempati oleh wujud materi kita, dan pada tingkat atom atau sub atom
terhubung dengan seluruh bahan-bahan lainnya di alam semesta. Unsur sub atom
yang membentuk tubuh kita, suatu waktu dahulu adalah bagian dari
bintang-bintang. Siapa yag tahu mereka akan menjadi apa selanjutnya di masa
yang akan datang?
Kerangka itu
sendiri adalah struktur yang hebat, memudahkan kita untuk terlibat di dalam
beragam aktifitas dan gerakan yang luar biasa. Tulang punggung, contohnya
menggabungkan fleksibilitas dan stabilitas dengan cara yang luar biasa.
Renungkanlah beragam gerakan manusia. Ada keheningan mendalam dari penganut
dari penganut mistik yang dikemas di dalam doa atau meditasi, tak bergerak
selama berjam-jam. Berlawanan dengan keseimbangan-dan-fleksibilitas-pesenam
yang luar biasa, kecepatan seorang pelari, keterampilan dan kecepatan, serta
ketepatan gerak jari-jemari seorang pemain violin atau piano yang berbakat.
Ketidakseimbangan
di dalam jiwa mineral dapat berbentuk kelenturan yang eksterm atau kekakuan
yang ekstrem. Kita mengatakan bahwa seseorang tidak “bertulang belakang”. Jika
mereka terlalu mudah terhanyut oleh pengaruh-pengaruh di sekeliling mereka.
Mereka merasa sulit untuk berpegang teguh pada sesuatu atau bertahan pada
posisi tertentu, secara fisik, mental atau emosional. Syaiful memberi contoh
tiadanya struktur yang solid adalah ubur-ubur. Ubur-ubur tidak bertulang
belakang adalah bentuk kehidupan yang memiliki kesuksesan hidup yang tinggi,
yang telah bertahan selama berabad-abad. Namun ia sepenuhnya bergantung pada
air pasang, kemudian Syaiful mengemukakan, kita akan membahayakan struktur
dasar fisik kita, yang memberikan kita kemampuan untuk bergerak dengan
sendirinya jika kita berperilaku seperti ubur-ubur.
Contoh ekstrem
lainnya adalah seseorang yang “kolot” keras atau kaku, dan tidak mau mengalah,
tidak mau bereaksi lentur dan tepat terhadap perubahan-perubahan di tengah
lingkungan. Sebagian orang “berleher kaku,” terlalu angkuh untuk menundukkan
kepala mereka, sementara sebagian lainnya “keras kepala,” atau tidak mampu
untuk menerima informasi baru.
Salah satu
definisi penyakit saraf (neurosis) adalah terus-menerus melakukan hal yang sama
walaupun tidak berhasil. Sebagian orang begitu kaku hingga mereka tidak mampu
berubah untuk menyelamatkan diri mereka. Sebagian orang paham bahwa mereka akan
meninggalkan merokok, namun tidak dapat meninggalkannya. Pada sebuah perusahaan
di Jogjakarta, bagian kesehatan mengatakan kepada para pegawai bahwa tingkat
kebisingan dari perusahaan tersebut sangat tinggi sehingga mereka secara
perlahan-lahan kehilangan pendengaran mereka. Banyak pegawai perusahaan
tersebut bertahan dengan pekerjaan mereka dan menjadi semangkin tuli, karena
mereka tidak sanggup untuk berubah. Kita semua, pada tingkat tertentu, memiliki
sikap yang kaku dan tidak lentur.
Kita ingin
menjadi cukup fleksibel untuk membiasakan dan menerima pengetahuan yang baru,
dan juga cukup gigih untuk mempertahankannya. Struktur fisik kita yang dalamlah
yang membuat kita mampu untuk melakukan hal tersebut. Sayangnya, kebanyakan
dari kita mengabaikan ide-ide baru yang bertentangan dengan keyakinan kita.
Kita juga mempelajari banyak hal dan kemudian gagal untuk mempertahankannya.
Pikirkanlah seluruh ilmu yang kita pelajari untuk lulus dari sekolah menengah
maupun perguruan tinggi. Biasanya, kita hanya mengingatnya kurang lebih sepuluh
persen. Tidaklah akan sangat tak ternilai jika kita memiliki akal yang dengan
mudah menerima ide-ide serta informasi baru, kemudian mempertahankannya dengan
tepat. Disitu bisa dikatakan bahwa tanda akal yang hebat bahwa seseorang
menantang sebuah keyakinan dengan mengemukakan informasi yang baru dan
berlawanan. Misalnya, Charles Darwin adalah seorang ilmuwan yang hebat.
Teorinya menantang seluruh teori ilmiah dan filosofis pada zamannya. Ia mampu
meraih karena ia selalu memiliki kehendak untuk menantang ide dan teorinya
sendiri.
Ketika
perubahan menjadi semankin mendalam, kita mengatakan telah “mendarah daging”.
Ketika kita merasakan sesuatu dengan sangat mendalam, kita merasakannya “sampai
merasuk ke tulang”. Jiwa mineral kita nampak sebagai aspek dari jiwa yang
paling kecil kesadarannya, namun berlawanan dengan hal tersebut, ia merupakan
tempat munculnya perubahan yang mendasar. Tidak seperti jiwa lainnya, jiwa
mineral tidak begitu terganggu oleh interaksi dengan dunia yang bersifat
kompleks yang terus meningkat.
Di tengah
kekhusyukan berzikir atau berkontemplasi, kita meningglkan kesadaran terhadap
tubuh kita dan dunia materi, dan kita memasuki kesadaran terhadap Tuhan yang
lebih agung. Tanpa tulang belakang yang bersambung dan sistem kerangka yang
mendukung, maka kita tidak dapat berdiri dengan tegak. Sistem kerangka tersebut
penting namun secara umum tidak disadari-ia bagian dari pratek zikir dan
sembahyang dari seluruh agama.
Sebuah struktur
yang relatif tidak berubah memerintah perilaku dari mineral; ia menyamarkan
kondisi-kondisi yang menciptakan dirinya, dan perilaku yang dihasilkan sesudah
itu secara berkelanjutan dan mencerminkan kondisi diam ini. ini adalah kekuatan
dan kelemahan dari jiwa mineral.
Jika perubahan
benar-benar muncul, maka ia bukanlah hasil dari proses internal, melainkan dari
kekuatan luar seperti tekanan dan panas. Contohnya, batu bara dapat menjadi
permata yang berkilau, dan pasir yang buram dapat dilelehkan menjadi kaca yang
jernih. Demikian pula, kepribadian dapat ditransformasikan dari tabir tebal
yang menutupi roh menjadi struktur transparan yang menampakkan Tuhan. Saat ini
kita meneliti jiwa berikutnya, kita akan menemukan kelenturan dan kemampuan
untuk berubah yang semangkin besar.
B. Jiwa Nabati
Jiwa nabati,
yakni ruh nabati, terletak di dalam hati (dalam artian fisik) dan
terkait dengan sistem pencernaan. Ia mengatur pertumbuhan dan asimilasi dari
bahan-bahan makanan, fungsi yang kita bagi dengan tanaman. Ini adalah fungsi
yang baru, dalam konteks evolusioner, sebab dunia mineral tidak memiliki
kebutuhan akan makanan. Dengan kata lain, terdapat jiwa di dalam tubuh kita
yang serupa dengan jiwa yang diberikan oleh Tuhan kepada tumbuhan.
Ketika kita
berada di dalam rahim, kita sepenuhnya berfungsi sebagai jiwa tumbuhan. Kita
dihubungkan pada rahim ibu kita dengan tali pusat, yang berfungsi sebagai
penyalur makanan. Kita berkembang dan tumbuh lebih besar, dan hanya itulah yang
kita lakukan. Fungsi kita pada hakikatnya serupa dengan fungsi tumbuhan.
Jiwa mineral
adalah tempat memancarkan energi (seperti cahaya yang bersinar melalui bohlam),
sementara jiwa tumbuhan adalah tempat dimulainya perubahan. Tumbuhan mengubah
energi dari cahaya untuk menghasilkan makanan. Jiwa tumbuhan juga contoh awal
makanan ada asimilasi makanan. Makanan bagi jasmani adalah salah satu model
dari beragam jenis makanan lainnya, seperti makanan bagi indra jasmaniah. Ada
sejenis ikan yang tinggal di dalam gua gelap dan curam. Karena mata mereka
tidak menerima rangsangan kegelapan, maka indra penglihatan mereka tak
berfungsi. Rangsangan yang berlebihan juga dapat merusak indra, seperti halnya
suara yang terlalu bising dapat merusak indra pendengaran secara permanen.
Terdapat
kecerdasan yang luar biasa di dalam jiwa tumbuhan. Kita umumnya mengabaikan
kecerdasan ini. Kita terlalu memberikan penghargaan terhadap kecerdasan abstrak
akal kita. Namun, seberapa pun tingginya gelar akademis yang kita miliki, kita
tetap tidak mengetahui bagaimana mencerna sebutir kacang ataupun sepotong roti.
Kita tidak mengetahui cara menumbuhkan rambut di kepala kita. Fungsi jasmaniah
mendasar ini dimiliki sepanjang usia jiwa tumbuhan.
Demikian pula,
kita juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri kita:
bagaimana kita memberi makanan bagi hati kita; bagi kecerdasan; bagi jiwa kita?
Kita dapat mengetahui banyak hal dengan mempelajari proses pemberian makanan
bagi jasmani.
Jika kita
kekurangan vitamin ataupun mineral, maka kita secara perlahan akan menjadi
lemah, dan mungkin jatuh sakit. Kita tidak segera menyadari kekurangan
tersebut, tetapi efeknya yang memberitahu kita. Hal serupa juga dapat terjadi
jika kita kekurangan gizi secara emosional, intelektual, dan spiritual.
Jika kita
berpuasa, maka hasrat terhadap makanan menjadi berkurang dalam satu atau dua
hari, dan perut kita pun mengempis. Jika kita menyantap makanan yang sudah
basi, maka selera makan kita menjadi terganggu. Kita mungkin tidak lagi
menginginkan makanan tersebut selamanya. Sayangnya, sebagian besar manusia membiarkan
selera mereka terhadap makanan spiritual dirusak oleh makanan-makanan jiwa yang
diberikan oleh-yang dikenal sebagai institusi keagamaan.
Kecerdasan jiwa
tumbuhan didasari oleh ribuan tahun evolusi. Ia adalah kecerdasan yang mengatur
seluruh cara kerja dasar tubuh. Suatu kecerdasan yang muncul di luar kepekaan
alam sadar yang normal. Jiwa tumbuhan mengetahui bagaimana menyebabkan dan
bagaimana menyembuhkan kanker, penyakit jantung, dan beberapa kondisi fisik
lainnya yang berada di luar kontrol dan pemahaman akal.
Aspek-aspek
kecerdasan ini dapat ditemukan di dalam struktur otak kita yang terdalam, yang
dikenal sebagai otak utama. Ia mencakup batang otak, sistem pengaktifan
retikular, dan basal ganggalia yang melingkari batang otak, serta urat
saraf tulang belakang. Ia mengolah informasi dari lingkungan luar melalui
pengaruh arus balik yang berhubungan dengan panca indra dan sel, serta
berinteraksi dengan lingkungan melalui dorongan-dorongan pada dan dari otot
serta kulit. Otak pertama merupakan wadah dari sebagian besar kecerdasan dasar
kita dan berhubungan dengan fungsi-fungsi seperti pengembangan, penyusutan dan
respon terhdap bahaya.
Salah satu
kekurangan di dunia tumbuhan adalah terbatasnya kemampuan mereka untuk
melakukan respon terhadap lingkungan. Tumbuhan memiliki mobilitas atau
fleksibilitas yang kecil di dalam pola respons mereka. Tumbuhan tidak belajar.
Dengan evolusi jiwa hewani, kita membangun mobilitas, motivasi, dan kemampuan
untuk belajar
C.
Jiwa Hewani
Jiwa hewani,
atau ruh haywani, terletak di dalam hati dan berhubungan dengan
sistem peredaran darah. Hewan memiliki empat bilik hati dan sistem peredaran
darah kompleks, yang mengalirkan darah ke seluruh organisme (pada reptil,
sistem peredaran darah sepenuhnya berkembang, dan reptil hanya memiliki tiga
bilik jantung. Akibatnya, kemampuannya bergerak menjadi terhambat, dan reptil
membutuhkan udara hangat untuk dapat bergerak secara aktif. Sistem peredaran
darah para mamalia yang lebih berkembang, menahan jiwa panas dengan lebih baik,
sehingga membuat mamalia lebih aktif di dalam berbagai iklim).
Jiwa hewani
kita mencakup rasa takut, amarah, dan hasrat. Seluruh makhluk cenderung untuk
mendekati apa pun yang mendatangkan hasil (hasrat) dan bergerak menjauh dari
(rasa takut) atau menolak (amarah) apa pun yang menyakitkan. Bertahun-tahun
sudah psikologi behavioral memusatkan diri pada respons-respons dasar ini
terhadap dunia dengan mengkaji efek dari hadiah dan hukuman (reward and
punishment).
Karena
psikologi menjadi semangkin rumit, kita cenderung lupa pada kekuatan dan
universalitas dua naluri dasar akan rasa ketertarikan dan rasa penolakan.
Bahkan, amuba akan menjauh dari setetes zat asam yang di tempatkan di atas kaca
mikroskop atau bergerak maju pada setetes larutan makanan.
Naluri ini
adalah dasar untuk pertahanan diri dan pertahanan spesies, yang muncul pertama
kali dengan jiwa hewani. Pada tumbuhan, naluri untuk berkembang biak dan
bertahan sangatlah terbatas. Mereka berada di dalam struktur tanaman yang
relatif kaku dan tidak berubah. Tumbuhan mungkin saja menumbuhkan benih dan
mengarahkan dirinya pada matahari, tetapi tidak terdapat hasrat berakar pada
naluri untuk berkembang biak. Selain hasrat seksual, ada hasrat mencinta dan
mengasuh.
Di dalam model
sufi mengenai tujuh jiwa, seluruh jiwa haruslah sehat agar setiap individu
dapat berkembang sebagai manusia yang utuh. Kita semua memiliki hasrat, rasa
takut, dan selera. Semua ini bagian dari tubuh kita yang berguna. Namun, mereka
tidak boleh mendominasi kehidupan kita. Jiwa hewani haruslah seimbang dengan
jiwa-jiwa lainnya, bukannya menguasai. Jika keseimbangan tersebut telah
tercapai, maka jiwa hewani yang telah berkembang dengan baik akan menjadi aset
yang tidak terhingga nilainya bagi kesehatan dan kesejahteraan kita.
Ketika hasrat
atau amarah kita berkembang secara berlebihan, maka ia akan merusak pandangan
atau perilaku kita. Jika hasrat telah melampui batas wajar, maka muncullah
kejahatan, ketamakan, prasangka, kekejaman, kehinaan, nafsu jahat, kekikiran,
dan penghianatan. jika karakteristik hasrat tersebut terpendam dan kurang
sempurna di dalam sifat seseorang, maka akan tumbuh kelemahan,
ketidakberdayaan, dan kehinaan.
Jika amarah
melampaui batas wajar, maka akan lahir watak jahat, angkuh, kebencian, sifat
pemarah, tidak toleran, kejam, tidak stabil, kepalsuan, sombong, dan egois.
Jika seseorang tidak dapat mengendalikan amarahnya, maka dendam akan menjalar
di dalam dirinya. Jika karakteristik amarah ini terpendam dan tidak sempurna di
dalam diri seseorang, maka pencelaan terhadap diri sendiri, kelemahan,
kelalaian, kerusakan, dan ketidakmampuan menjadi hasilnya.
Kebaikan kimia
agama adalah bahwa sifat-sifat ini berada di dalam batas yang wajar,
masing-masing dimanfaatkan di dalam wilayah yang tepat. Agama berfungsi
sedemikian rupa untuk mendominasi sifat-sifat ini, mengendalikan nafs tersebut
(hawa nafsu) agar tidak menuruti kehendaknya, mengekangnya.
Jiwa hewani
memiliki kemamapuan untuk melepaskan kekuatan dan vitalitas yang luar biasa
dari dalam diri kita. Sebagai contoh, seorang pria sedang bekerja di kolong
mobilnya ketika dongkraknya terlepas. Ia kemudian berteriak meminta
pertolongan, ibunya segera masuk ke dalam garasi dan mengangkat mobil tersebut
agar pemuda itu dapat merangkak ke luar. Ketika sang ibu mencoba mengangkat
mobil tersebut kembali di hadapan para wartawan, ia bahkan tidak dapat
mengangkatnya sedikitpun. Melalui jiwa hewaninya, ia memperoleh kekuatan yang
tidak pernah ia impikan.
Jiwa hewani
adalah sumber luar biasa bagi motivasi, kekuatan untuk bertindak, dan juga mencakup
potensi untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.[1]
D.
Jiwa Pribadi
Sisi berikutnya
dari keseluruhan jiwa adalah ruh nafsani, jiwa pribadi terletak pada
otak dan terkait dengan sistem syaraf. Jika perkembangan jantung dan sistem
peredaran darah membedakan hewan dari tanaman, maka perkembangan sistem saraf
yang kompleks membedakan manusia dari hewan. Sistem saraf yang sangat maju ini
menghasilkan kapasitas untuk memori yang lebih besar dan untuk perencanaan dan
pemikiran yang lebih kompleks. Kecerdasan jiwa pribadi membuat kita mampu
memahami lingkungan kita yang jauh lebih dalam daripada kemampuan yang dimiliki
oleh jiwa mineral, tumbuhan, dan hewani.
Ia juga membuat
kita mampu merespon dunia di sekeliling kita secara lebih efektif. Kita dapat
merencanakan dan mempersiapkan mental kita terhadap kemungkinan efek yang
ditimbulkan oleh tindakan kita. Sebagai contoh, pada sebuah eksperimen
psikologi klasik, diperlihatkan kepada beberapa ekor anjing sebuah mangkuk
penuh makanan yang diletakkan pada arah berlawanan dari pagar rantai. Jika
pagar tersebut pendek, maka anjing-anjing tersebut dengan cepat dan mudah
mengitarinya untuk mengambil makanan. Ketika pagar tersebut menjadi lebih
panjang, maka anjing-anjing tersebut harus pergi lebih jauh dan semakin jauh
dari tujan mereka untuk mengitari pagar. Ketika wilayah yang terpagari menjadi
semakin lebar, maka anjing-anjing tersebut terdiam di wilayah tepat berada di
seberang makanan tersebut dan mencoba menggali di bawah pagar.
Bagaimanpun
juga, problem semacam ini tidak menimbulkan kesulitan bagi manusia, termasuk
juga anak-anak. Karena ketidakmampuan mereka untuk menbentuk model mental yang
kompleks, maka hewan cenderung untuk mendapatkan kepuasan dengan segera dan
didominasi oleh motivasi jangka pendek. Perkembangan kecerdasan manusia
memberikan jalan bagi kita untuk memiliki rencana jangka panjang dan untuk
berfungsi secara lebih efektif di dunia ini. karena itu, sifat kemanusiaan
menjadi semangkin kuat dan mendominasi seluruh spesies lainnya.
Jiwa pribadi
juga tempat ego. Kita memiliki ego positif dan ego negatif. Ego positif mengatur
kecerdasan kita dan memberikan kepekaan terhadap diri kita sendiri. Ia dapat
berupa tekanan untuk menghargai diri sendiri, bertanggung jawab, dan
integritas. Di sisi lain ego negatif adalah tekanan untuk bersikap egois,
angkuh dan merasa terpisah dari manusia lainnya dan Tuhan. Ego positif adalah
teman yang baik di jalan spiritual. Ia dapat memberikan ketenteraman batin pada
saat guncangan-guncangan tak terhindarkan muncul selama kita berada di jalan
spiritual. Ego negatif adalah musuh, ia merusak pandangan kita dan mencemari
hubungan kita dengan dunia.
Salah satu
perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa ego positif menjadi budak kita dan
ego negatif tak henti-hentinya berupaya untuk menjadi tuan kita.
Jiwa pribadi
terletak di dalam neocortex, yakni sistem terbesar dari tiga sistem
otak kita. Neocortex berkembang secara utuh hanya pada
manusia. Ia terdiri dari sepuluh sampai seratus milyar saraf, yang mampu
melakukan empat milyun hubungan. Salah satu fungsinya adalah memberi kita
kemampuan untuk mengenang pikiran, perasaan, dan perilaku kita. Kita dapat
mengembangkan potensi yang luas dari neocortex dengan meningkatkan
hubungan antara sel-sel melalui pelatihan kepekaan dan ketidakpekaan di dalam
kehidupan keseharian kita.
Keterikatan
terhadap dunia. Hewan dan tumbuhan untuk dunia ini, dan mereka kerap terikat
pada tempat tertentu di dunia ini. Contohnya, jika membawa pohon kurma dari
Arab dan menanamnya di Alaska, maka ia akan mati. Jika kita membawa pohon per
dari Alaska dan menanamnya di Arabia, maka ia tidak akan mampu bertahan. Pada
tingkat kehidupan ini, terdapat tingkat fleksibilitas dan adaptasi yang relatif
kecil. Hal serupa juga dialami oleh hewan. Jika menempatkan beruang kutub di
Arabia, ia tidak akan mampu bertahan (setidaknya tanpa lingkungan yang ber-AC).
Demikian juga dengan kuda jantan Arab yang tidak akan bertahan lama di kutub
utara. Namun, kita dapat membawa sekelompok orang Eskimo ke Arabia. Hal pertama
yang mereka akan lakukan adalah membuka mantel bulu mereka. Mereka akan
berkeringat dan merasa kepanasan, namun pada akhirnya mereka akan mampu
beradaptasi dengan iklim yang baru tersebut.
E.
Jiwa Insani
Jiwa Insani,
terletak di dalam qalb, yakni hati spiritual. Jiwa insani lebih baik
daripada jiwa pribadi. Ia adalah wadah dari belas kasih, keimanan, dan
kreativitas. Di satu sisi, jiwa insani mencakup jiwa rahasia dan jiwa
Maha Rahasia. Ia wadah dari nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman spiritual
kita.
Kreativitas dan
belas kasih pertama kali muncul pada tingkat jiwa ini. Otak yang berkembang di
dalam jiwa pribadi bagaikan sebuah komputer, terutama berkaitan dengan
penyimpangan dan manipulasi data, tetapi tidak dengan penciptaan informasi
baru. Kreativitas berlangsung di dalam hati. Sayangnya, sistem pendidikan kita
terlalu berpusat pada pengembangan intelektualitas. Sehingga sedikit perhatian
yang ditujukan pada pengembangan hati, yang disuburkan oleh seni dan ibadah,
cinta, serta pengabdian terhadap sesama manusia.
Kecerdasan hati
jiwa insani dan kecerdasan abstrak jiwa pribadi saling melengkapi. Berpikir
adalah berkaitan dengan analisis inpersonal dan logis. Hati menambahkan belas kasih
dan keimanan. Menggabungkan keduanya membawa kita kepada penilaian yang lebih
baik. Akal mengetahui apa yang paling efektif, sementara hati mengetahui apa
yang benar.
Keceradasan
intuitif bekerja tanpa menggunakan akal secara sadar. Bentuk kecerdasan ini
disuburkan oleh keimanan terhadap Tuhan atau terhadap keberadaan hakikat yang
lebih besar. Kepekaan terhadap dunia eksternal dan kepekaan batiniah berkembang
melalui introspeksi diri, perenungan atau zikir, dan belas kasih serta rasa
yang tumbuh dari penyesuaian diri terhadap alam, hewan, dan manusia lainnya.
F.
Jiwa Rahasia
Jiwa rahasia
adalah bagian dari kita yang mengingat Tuhan. Jiwa rahasia, atau kesadaran
batiniah, terletak di dalam hati batiniah. Jiwa inilah yang mengetahui dari
mana ia datang dan kemana ia pergi. Seorang guru Sufi menulis, “Tubuh
sepenuhnya dalam kegelapan, lampunya adalah kesadaran batiniah. Jika seseorang
tidak memiliki kesadaran batiniah, maka orang tersebut berada di dalam
kegelapan selamanya.”
Sebelum
jiwa-jiwa kita berubah wujud, Tuhan berkata kepada mereka, “Apakah Aku
Tuhanmu?” dan jiwa-jiwa tersebut menjawab, “Sungguh benar”. Jiwa yang memberi
respon tersebut adalah jiwa rahasia. Jiwa rahasia mengetahui siapa dirinya
sebelumnya, dan ia kini masih mengetahuinya. Selama berabad-abad, jiwa rahasia
hidup sangat dekat dengan Tuhan, bermandikan cahaya dari hadirat-Nya. Hanya
pada inkarnasi ke alam material inilah kita kehilangan rasa keterikatan.
Kesadaran
batiniah (jiwa rahasia) adalah secara khusus diberikan pada kesatuan yang lahir
pada saat mengalami Kesatuan Ilahiah yang kreatif. Karenanya, telah dikatakan
bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui, mencintai, mencari Tuhan, karena
kesadaran batiniahlah yang mencari, mencintai, dan mengenal Tuhan. Sebagaimana
dituturkan Nabi Muhammad, “Aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku.”
G.
Jiwa
Maharahasia
Sirr
al-asrar mencakup sesuatu yang benar-benar transendental melampaui ruang
dan waktu. Ini adalah jiwa azali (ruh) yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri
Adam dalam diri manusia. Ia adalah inti kita, jiwa dari sang jiwa. Ia adalah
percikan Ilahi yang suci di dalam diri kita. Untuk alasan ini, imajinasi kita
yang berkenaan dengan penciptaan manusia harus dikembangkan. Kita tidak
semata-mata berpikir seperti hewan, kita juga bukanlah semata kepribadian kita
sendiri. Kemampuan kita bagi pengembangan dan pemahamaman spiritual benar-benar
tidak terbatas. Salah satu Guru Sufi yatu ‘Abd al-Qadr al-Jaylani menjelaskan
hubungan antara jiwa insani, jiwa rahasia, dan jiwa Maha Rahasia:
Tuhan Maha
Agung mencipatakan roh suci sebagai ciptaan yang paling sempurna di dalam
surga. Dia kemudian berkehendak untuk menurunkannya ke dunia yang lebih rendah.
Untuk mengajarkan pada roh suci tersebut untuk mencari keintiman dan kedekatan
azalinya dengan Tuhan. Dalam perjalannya, Tuhan pertama kali mengirimnya pada
dunia akal kausal. Ketika ia melewati dunia ini, ia dibekali busana cahaya
Ilahi dan dikurnia nama sultan jiwa (jiwa Maha Rahasia). Ketika ia melewati
dunia malaikat, ia dinamai “jiwa yang bergerak” (jiwa rahasia). Ketika ia
akhirnya turun ke dunia materi, ia diberi pakaian, bahan yang kasar guna
menyelamatkan dunia ini. sebab, jika dunia materi berhubungan dengan dunia ini,
ia kemudian dikenal sebagi kehidupan, jiwa insani.
Tuhan
menciptakan tubuh untuk didiami oleh sang jiwa. Dia menempatkan roh suci di
dalam lubuk hati terdalam, tempat ia ciptakan sebuah ruang terbaik untuk
menjaga rahasia tersebut antara Tuhan dan hamba-Nya. Jiwa-jiwa ini berada di
bagian yang berbeda dari tubuh.
Tempat “jiwa
yang bergerak” (jiwa rahasia) adalah di dalam kehidupan sang hati. Dunia
malaikat secara terus menerus berada di dalam pandangannya, suara “jiwa yang
bergerak” adalah suara dunia batiniah, tanpa kata-kata, tanpa bunyi.
Pemikiran-pemikirannya secara terus-menerus berkaitan dengan rahasia dari
makna-makna tersembunyi. Tempat sultan jiwa (jiwa maharahasia) adalah pada
lubuk hati terdalam hatinya sang hati. Urusan jiwa ini adalah kearifan Ilahiah.
Tugasnya adalah mengetahui seluruh pengetahuan ketuhanan, sebagai medium pengabdian
sejati yang diungkapkan oleh bahasa sang hati.
Syekh Muzaffer kerap
menuturkan bahwasanya, “Di dalam dirimu adalah apa yang benar-benar melampaui
keseluruhan alam semesta.” Di dalam hati kita masing-masing terpancar percikan
Ilahi yang tidak dapat di batasi di dalam diri kita, atau ditampung di dunia
ini atau ribuan alam semesta yang menyusun keseluruhan ciptaan. Ia juga kita,
kita semua harus menyadari siapa diri kita sebenarnya.
Didalam satu Hadist Nabi, Allah
menyatakan, “Aku tidak dapat ditampung oleh langit dan bumi. Aku hanya dapat
ditampung di dalam hati hamba-Ku yang beriman.” Amalan zikir ditujukan untuk
membimbing kita menemukan kembali jiwa Maha Rahasia di dalam diri kita. Jika
kita dapat mengingat bahwa setiap orang yang kita temui memiliki jiwa yang
suci, maka kita akan memperlakukan setiap orang dengan sangat hormat dan belas
kasih yang tertinggi. Seluruh hubungan kita akan berubah, dan kehidupan kita
secara mendasar ikut berubah.[2]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jiwa mineral
atau ruh maddani itu terletak dalam sistem kerangka. Di dalam diagram
tujuh aspek jiwa, jiwa mineral berbatasan dengan jiwa Maha Rahasia, wadah
percikan Illahi yang suci di dalam diri masing-masing manusia. Dunia mineral
sangatlah dekat dengan Tuhan. Ia tidak pernah memberontak kepada kehendak
Ilahi.
Jiwa nabati,
yakni ruh nabati, terletak di dalam hati (dalam artian fisik) dan
terkait dengan sistem pencernaan. Ia mengatur pertumbuhan dan asimilasi dari
bahan-bahan makanan, fungsi yang kita bagi dengan tanaman. Ini adalah fungsi
yang baru, dalam konteks evolusioner, sebab dunia mineral tidak memiliki
kebutuhan akan makanan. Dengan kata lain, terdapat jiwa di dalam tubuh kita
yang serupa dengan jiwa yang diberikan oleh Tuhan kepada tumbuhan.
Jiwa hewani,
atau ruh haywani, terletak di dalam hati dan berhubungan dengan
sistem peredaran darah. Hewan memiliki empat bilik hati dan sistem peredaran
darah kompleks, yang mengalirkan darah ke seluruh organisme (pada reptil,
sistem peredaran darah sepenuhnya berkembang, dan reptil hanya memiliki tiga
bilik jantung. Akibatnya, kemampuannya bergerak menjadi terhambat, dan reptil
membutuhkan udara hangat untuk dapat bergerak secara aktif. Sistem peredaran
darah para mamalia yang lebih berkembang, menahan jiwa panas dengan lebih baik,
sehingga membuat mamalia lebih aktif di dalam berbagai iklim).
Sisi berikutnya
dari keseluruhan jiwa adalah ruh nafsani, jiwa pribadi terletak pada
otak dan terkait dengan sistem syaraf. Jika perkembangan jantung dan sistem
peredaran darah membedakan hewan dari tanaman, maka perkembangan sistem saraf
yang kompleks membedakan manusia dari hewan. Sistem saraf yang sangat maju ini
menghasilkan kapasitas untuk memori yang lebih besar dan untuk perencanaan dan
pemikiran yang lebih kompleks. Kecerdasan jiwa pribadi membuat kita mampu
memahami lingkungan kita yang jauh lebih dalam daripada kemampuan yang dimiliki
oleh jiwa mineral, tumbuhan, dan hewani.
Jiwa Insani,
terletak di dalam qalb, yakni hati spiritual. Jiwa insani lebih baik
daripada jiwa pribadi. Ia adalah wadah dari belas kasih, keimanan, dan
kreativitas. Di satu sisi, jiwa insani mencakup jiwa rahasia dan jiwa
Maha Rahasia. Ia wadah dari nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman spiritual
kita.
Jiwa rahasia
adalah bagian dari kita yang mengingat Tuhan. Jiwa rahasia, atau kesadaran
batiniah, terletak di dalam hati batiniah. Jiwa inilah yang mengetahui dari
mana ia datang dan kemana ia pergi. Seorang guru Sufi menulis, “Tubuh
sepenuhnya dalam kegelapan, lampunya adalah kesadaran batiniah. Jika seseorang
tidak memiliki kesadaran batiniah, maka orang tersebut berada di dalam
kegelapan selamanya.”
Sirr
al-asrar mencakup sesuatu yang benar-benar transendental melampaui ruang
dan waktu. Ini adalah jiwa azali (ruh) yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri
Adam dalam diri manusia. Ia adalah inti kita, jiwa dari sang jiwa. Ia adalah
percikan Ilahi yang suci di dalam diri kita. Untuk alasan ini, imajinasi kita
yang berkenaan dengan penciptaan manusia harus dikembangkan. Kita tidak
semata-mata berpikir seperti hewan, kita juga bukanlah semata kepribadian kita
sendiri. Kemampuan kita bagi pengembangan dan pemahamaman spiritual benar-benar
tidak terbatas.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewie, Cicilia Wahyu Riana, Keseimbangan 7 Jiwa,
(yogyakarta:http://www.pelatihanspiritual.com/2012/04/keseimbangan-7-jiwa.html)
Frager, Robert, Hati, Diri dan
Jiwa: Psikologi Sufi, Terj. Hasmiyah Rauf, (Jakarta: Serambi, 2005)
[1]Cicilia Wahyu
Riana Dewie, Keseimbangan 7 Jiwa, (yogyakarta: http://www.pelatihanspiritual.com/2012/04/keseimbangan-7-jiwa.html), 29 September
2014, 22:30 WIB.
[2]Robert Frager, Hati,
Diri dan Jiwa: Psikologi Sufi, Terj. Hasmiyah Rauf, (Jakarta: Serambi,
2005), hlm. 150-156.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar