Selasa, 11 Oktober 2016

Makalah Psikologi Sufistik tentang Tujuh Jiwa Anda



BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Menurut tradisi sufi, kita memiliki tujuh jiwa. Masing-masing mewakili tingkat evolusi yang berbeda-beda seperti jiwa mineral, nabati, hewani, pribadi, insani, rahasia, dan maharahasia. Model sufi mengenai jiwa ini bersifat seimbang, tiap jiwa memiliki potensi yang berharga. Dalam sufisme, perkembangan spiritual sejati berarti perkembangan seluruh jiwa secara seimbang termasuk tubuh, akal dan jiwa. Ada banyak sistem yang memusatkan perhatian pada tubuh olahraga, seni berperang, teknik penyembuhan dan beragam disiplin ilmu lainya. Pendidikan modern hampir semua memusatkan pada sepenuhnya pada akal. Banyak juga yang disiplin spiritual menekankan pada prinsip dan latihan spiritual, tetapi mengabaikan akal dan tujuh. Di dalam sufisme, seluruh kehidupan adalah bagian dari praktik spiritual. Keluarga, pekerjaan, dan hubungan sosial memberikan kesempatan yang sama seperti doa dan meditasi dalam ham pengembangan spiritual.
B.      Rumusan Masalah
1.       Apa yang dimaksud dengan Jiwa Mineral ?
2.       Apa yang dimaksud dengan Jiwa Nabati ?
3.       Apa yang dimaksud dengan Jiwa Hewani ?
4.       Apa yang dimaksud dengan Jiwa Pribadi ?
5.       Apa yang dimaksud dengan Jiwa Insani ?
6.       Apa yang dimaksud dengan Jiwa Rahasia ?
7.       Apa yang dimaksud dengan Jiwa Maharahasia ?
C.     Tujuan Masalah
1.       Mengerti maksud dari Jiwa Mineral.
2.       Mengerti maksud dari Jiwa Nabati.
3.       Mengerti maksud dari Jiwa Hewani.
4.       Mengerti maksud dari Jiwa Pribadi.
5.       Mengerti maksud dari Jiwa Insani.
6.       Mengerti maksud dari Jiwa Rahasia
7.       Mengerti maksud dari Jiwa Maharahasia.





BAB II
PEMBAHASAN
A.       Jiwa Mineral
Jiwa mineral atau ruh maddani itu terletak dalam sistem kerangka. Di dalam diagram tujuh aspek jiwa, jiwa mineral berbatasan dengan jiwa Maha Rahasia, wadah percikan Illahi yang suci di dalam diri masing-masing manusia. Dunia mineral sangatlah dekat dengan Tuhan. Ia tidak pernah memberontak kepada kehendak Ilahi.
Sebagaian besar kita tidak menaruh perhatian pada struktur kerangka kita. Kita baru menyadarinya tulang kita patah-kemudian kita tiba-tiba menjadi begitu peka terhadapnya. Kebanyakan orang duduk dengan buruk dan bergerak sangat tidak seimbang. Struktur kerangka kita, khususnya tulang punggung, diciptakan untuk mendukung kita di dalam wilayah gravitasi dengan jumlah tegangan otot yang minimun. Kapan pun kita duduk atau bergerak secara tidak sadar dan seimbang, kita menghasilkan tegangan-tegangan yang tidak perlu dan membuat tidak nyaman.
Seperti halnya kerangka tubuh kita yang tersembunyi di dalam tubuh, terdapat juga struktur batiniah yang tersembunyi di dalam tubuh kita yang sebagian besarnya adalah mineral, yakni sistem kerangka.
Struktur mineral kita yang dalam mencakup kesadaran akan keberadaan kita. Ia bahan dasar yang ditempati oleh wujud materi kita, dan pada tingkat atom atau sub atom terhubung dengan seluruh bahan-bahan lainnya di alam semesta. Unsur sub atom yang membentuk tubuh kita, suatu waktu dahulu adalah bagian dari bintang-bintang. Siapa yag tahu mereka akan menjadi apa selanjutnya di masa yang akan datang?
Kerangka itu sendiri adalah struktur yang hebat, memudahkan kita untuk terlibat di dalam beragam aktifitas dan gerakan yang luar biasa. Tulang punggung, contohnya menggabungkan fleksibilitas dan stabilitas dengan cara yang luar biasa. Renungkanlah beragam gerakan manusia. Ada keheningan mendalam dari penganut dari penganut mistik yang dikemas di dalam doa atau meditasi, tak bergerak selama berjam-jam. Berlawanan dengan keseimbangan-dan-fleksibilitas-pesenam yang luar biasa, kecepatan seorang pelari, keterampilan dan kecepatan, serta ketepatan gerak jari-jemari seorang pemain violin atau piano yang berbakat.
Ketidakseimbangan di dalam jiwa mineral dapat berbentuk kelenturan yang eksterm atau kekakuan yang ekstrem. Kita mengatakan bahwa seseorang tidak “bertulang belakang”. Jika mereka terlalu mudah terhanyut oleh pengaruh-pengaruh di sekeliling mereka. Mereka merasa sulit untuk berpegang teguh pada sesuatu atau bertahan pada posisi tertentu, secara fisik, mental atau emosional. Syaiful memberi contoh tiadanya struktur yang solid adalah ubur-ubur. Ubur-ubur tidak bertulang belakang adalah bentuk kehidupan yang memiliki kesuksesan hidup yang tinggi, yang telah bertahan selama berabad-abad. Namun ia sepenuhnya bergantung pada air pasang, kemudian Syaiful mengemukakan, kita akan membahayakan struktur dasar fisik kita, yang memberikan kita kemampuan untuk bergerak dengan sendirinya jika kita berperilaku seperti ubur-ubur.
Contoh ekstrem lainnya adalah seseorang yang “kolot” keras atau kaku, dan tidak mau mengalah, tidak mau bereaksi lentur dan tepat terhadap perubahan-perubahan di tengah lingkungan. Sebagian orang “berleher kaku,” terlalu angkuh untuk menundukkan kepala mereka, sementara sebagian lainnya “keras kepala,” atau tidak mampu untuk menerima informasi baru.
Salah satu definisi penyakit saraf (neurosis) adalah terus-menerus melakukan hal yang sama walaupun tidak berhasil. Sebagian orang begitu kaku hingga mereka tidak mampu berubah untuk menyelamatkan diri mereka. Sebagian orang paham bahwa mereka akan meninggalkan merokok, namun tidak dapat meninggalkannya. Pada sebuah perusahaan di Jogjakarta, bagian kesehatan mengatakan kepada para pegawai bahwa tingkat kebisingan dari perusahaan tersebut sangat tinggi sehingga mereka secara perlahan-lahan kehilangan pendengaran mereka. Banyak pegawai perusahaan tersebut bertahan dengan pekerjaan mereka dan menjadi semangkin tuli, karena mereka tidak sanggup untuk berubah. Kita semua, pada tingkat tertentu, memiliki sikap yang kaku dan tidak lentur.
Kita ingin menjadi cukup fleksibel untuk membiasakan dan menerima pengetahuan yang baru, dan juga cukup gigih untuk mempertahankannya. Struktur fisik kita yang dalamlah yang membuat kita mampu untuk melakukan hal tersebut. Sayangnya, kebanyakan dari kita mengabaikan ide-ide baru yang bertentangan dengan keyakinan kita. Kita juga mempelajari banyak hal dan kemudian gagal untuk mempertahankannya. Pikirkanlah seluruh ilmu yang kita pelajari untuk lulus dari sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Biasanya, kita hanya mengingatnya kurang lebih sepuluh persen. Tidaklah akan sangat tak ternilai jika kita memiliki akal yang dengan mudah menerima ide-ide serta informasi baru, kemudian mempertahankannya dengan tepat. Disitu bisa dikatakan bahwa tanda akal yang hebat bahwa seseorang menantang sebuah keyakinan dengan mengemukakan informasi yang baru dan berlawanan. Misalnya, Charles Darwin adalah seorang ilmuwan yang hebat. Teorinya menantang seluruh teori ilmiah dan filosofis pada zamannya. Ia mampu meraih karena ia selalu memiliki kehendak untuk menantang ide dan teorinya sendiri.
Ketika perubahan menjadi semankin mendalam, kita mengatakan telah “mendarah daging”. Ketika kita merasakan sesuatu dengan sangat mendalam, kita merasakannya “sampai merasuk ke tulang”. Jiwa mineral kita nampak sebagai aspek dari jiwa yang paling kecil kesadarannya, namun berlawanan dengan hal tersebut, ia merupakan tempat munculnya perubahan yang mendasar. Tidak seperti jiwa lainnya, jiwa mineral tidak begitu terganggu oleh interaksi dengan dunia yang bersifat kompleks yang terus meningkat.
Di tengah kekhusyukan berzikir atau berkontemplasi, kita meningglkan kesadaran terhadap tubuh kita dan dunia materi, dan kita memasuki kesadaran terhadap Tuhan yang lebih agung. Tanpa tulang belakang yang bersambung dan sistem kerangka yang mendukung, maka kita tidak dapat berdiri dengan tegak. Sistem kerangka tersebut penting namun secara umum tidak disadari-ia bagian dari pratek zikir dan sembahyang dari seluruh agama.
Sebuah struktur yang relatif tidak berubah memerintah perilaku dari mineral; ia menyamarkan kondisi-kondisi yang menciptakan dirinya, dan perilaku yang dihasilkan sesudah itu secara berkelanjutan dan mencerminkan kondisi diam ini. ini adalah kekuatan dan kelemahan dari jiwa mineral.
Jika perubahan benar-benar muncul, maka ia bukanlah hasil dari proses internal, melainkan dari kekuatan luar seperti tekanan dan panas. Contohnya, batu bara dapat menjadi permata yang berkilau, dan pasir yang buram dapat dilelehkan menjadi kaca yang jernih. Demikian pula, kepribadian dapat ditransformasikan dari tabir tebal yang menutupi roh menjadi struktur transparan yang menampakkan Tuhan. Saat ini kita meneliti jiwa berikutnya, kita akan menemukan kelenturan dan kemampuan untuk berubah yang semangkin besar.
B.       Jiwa Nabati
Jiwa nabati, yakni ruh nabati, terletak di dalam hati (dalam artian fisik) dan terkait dengan sistem pencernaan. Ia mengatur pertumbuhan dan asimilasi dari bahan-bahan makanan, fungsi yang kita bagi dengan tanaman. Ini adalah fungsi yang baru, dalam konteks evolusioner, sebab dunia mineral tidak memiliki kebutuhan akan makanan. Dengan kata lain, terdapat jiwa di dalam tubuh kita yang serupa dengan jiwa yang diberikan oleh Tuhan kepada tumbuhan.
Ketika kita berada di dalam rahim, kita sepenuhnya berfungsi sebagai jiwa tumbuhan. Kita dihubungkan pada rahim ibu kita dengan tali pusat, yang berfungsi sebagai penyalur makanan. Kita berkembang dan tumbuh lebih besar, dan hanya itulah yang kita lakukan. Fungsi kita pada hakikatnya serupa dengan fungsi tumbuhan.
Jiwa mineral adalah tempat memancarkan energi (seperti cahaya yang bersinar melalui bohlam), sementara jiwa tumbuhan adalah tempat dimulainya perubahan. Tumbuhan mengubah energi dari cahaya untuk menghasilkan makanan. Jiwa tumbuhan juga contoh awal makanan ada asimilasi makanan. Makanan bagi jasmani adalah salah satu model dari beragam jenis makanan lainnya, seperti makanan bagi indra jasmaniah. Ada sejenis ikan yang tinggal di dalam gua gelap dan curam. Karena mata mereka tidak menerima rangsangan kegelapan, maka indra penglihatan mereka tak berfungsi. Rangsangan yang berlebihan juga dapat merusak indra, seperti halnya suara yang terlalu bising dapat merusak indra pendengaran secara permanen.
Terdapat kecerdasan yang luar biasa di dalam jiwa tumbuhan. Kita umumnya mengabaikan kecerdasan ini. Kita terlalu memberikan penghargaan terhadap kecerdasan abstrak akal kita. Namun, seberapa pun tingginya gelar akademis yang kita miliki, kita tetap tidak mengetahui bagaimana mencerna sebutir kacang ataupun sepotong roti. Kita tidak mengetahui cara menumbuhkan rambut di kepala kita. Fungsi jasmaniah mendasar ini dimiliki sepanjang usia jiwa tumbuhan.
Demikian pula, kita juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri kita: bagaimana kita memberi makanan bagi hati kita; bagi kecerdasan; bagi jiwa kita? Kita dapat mengetahui banyak hal dengan mempelajari proses pemberian makanan bagi jasmani.
Jika kita kekurangan vitamin ataupun mineral, maka kita secara perlahan akan menjadi lemah, dan mungkin jatuh sakit. Kita tidak segera menyadari kekurangan tersebut, tetapi efeknya yang memberitahu kita. Hal serupa juga dapat terjadi jika kita kekurangan gizi secara emosional, intelektual, dan spiritual.
Jika kita berpuasa, maka hasrat terhadap makanan menjadi berkurang dalam satu atau dua hari, dan perut kita pun mengempis. Jika kita menyantap makanan yang sudah basi, maka selera makan kita menjadi terganggu. Kita mungkin tidak lagi menginginkan makanan tersebut selamanya. Sayangnya, sebagian besar manusia membiarkan selera mereka terhadap makanan spiritual dirusak oleh makanan-makanan jiwa yang diberikan oleh-yang dikenal sebagai institusi keagamaan.
Kecerdasan jiwa tumbuhan didasari oleh ribuan tahun evolusi. Ia adalah kecerdasan yang mengatur seluruh cara kerja dasar tubuh. Suatu kecerdasan yang muncul di luar kepekaan alam sadar yang normal. Jiwa tumbuhan mengetahui bagaimana menyebabkan dan bagaimana menyembuhkan kanker, penyakit jantung, dan beberapa kondisi fisik lainnya yang berada di luar kontrol dan pemahaman akal.
Aspek-aspek kecerdasan ini dapat ditemukan di dalam struktur otak kita yang terdalam, yang dikenal sebagai otak utama. Ia mencakup batang otak, sistem pengaktifan retikular, dan basal ganggalia yang melingkari batang otak, serta urat saraf  tulang belakang. Ia mengolah informasi dari lingkungan luar melalui pengaruh arus balik yang berhubungan dengan panca indra dan sel, serta berinteraksi dengan lingkungan melalui dorongan-dorongan pada dan dari otot serta kulit. Otak pertama merupakan wadah dari sebagian besar kecerdasan dasar kita dan berhubungan dengan fungsi-fungsi seperti pengembangan, penyusutan dan respon terhdap bahaya.
Salah satu kekurangan di dunia tumbuhan adalah terbatasnya kemampuan mereka untuk melakukan respon terhadap lingkungan. Tumbuhan memiliki mobilitas atau fleksibilitas yang kecil di dalam pola respons mereka. Tumbuhan tidak belajar. Dengan evolusi jiwa hewani, kita membangun mobilitas, motivasi, dan kemampuan untuk belajar
C.       Jiwa Hewani
Jiwa hewani, atau ruh haywani, terletak di dalam hati dan berhubungan dengan sistem peredaran darah. Hewan memiliki empat bilik hati dan sistem peredaran darah kompleks, yang mengalirkan darah ke seluruh organisme (pada reptil, sistem peredaran darah sepenuhnya berkembang, dan reptil hanya memiliki tiga bilik jantung. Akibatnya, kemampuannya bergerak menjadi terhambat, dan reptil membutuhkan udara hangat untuk dapat bergerak secara aktif. Sistem peredaran darah para mamalia yang lebih berkembang, menahan jiwa panas dengan lebih baik, sehingga membuat mamalia lebih aktif di dalam berbagai iklim).
Jiwa hewani kita mencakup rasa takut, amarah, dan hasrat. Seluruh makhluk cenderung untuk mendekati apa pun yang mendatangkan hasil (hasrat) dan bergerak menjauh dari (rasa takut) atau menolak (amarah) apa pun yang menyakitkan. Bertahun-tahun sudah psikologi behavioral memusatkan diri pada respons-respons dasar ini terhadap dunia dengan mengkaji efek dari hadiah dan hukuman (reward and punishment).
Karena psikologi menjadi semangkin rumit, kita cenderung lupa pada kekuatan dan universalitas dua naluri dasar akan rasa ketertarikan dan rasa penolakan. Bahkan, amuba akan menjauh dari setetes zat asam yang di tempatkan di atas kaca mikroskop atau bergerak maju pada setetes larutan makanan.
Naluri ini adalah dasar untuk pertahanan diri dan pertahanan spesies, yang muncul pertama kali dengan jiwa hewani. Pada tumbuhan, naluri untuk berkembang biak dan bertahan sangatlah terbatas. Mereka berada di dalam struktur tanaman yang relatif kaku dan tidak berubah. Tumbuhan mungkin saja menumbuhkan benih dan mengarahkan dirinya pada matahari, tetapi tidak terdapat hasrat berakar pada naluri untuk berkembang biak. Selain hasrat seksual, ada hasrat mencinta dan mengasuh.
Di dalam model sufi mengenai tujuh jiwa, seluruh jiwa haruslah sehat agar setiap individu dapat berkembang sebagai manusia yang utuh. Kita semua memiliki hasrat, rasa takut, dan selera. Semua ini bagian dari tubuh kita yang berguna. Namun, mereka tidak boleh mendominasi kehidupan kita. Jiwa hewani haruslah seimbang dengan jiwa-jiwa lainnya, bukannya menguasai. Jika keseimbangan tersebut telah tercapai, maka jiwa hewani yang telah berkembang dengan baik akan menjadi aset yang tidak terhingga nilainya bagi kesehatan dan kesejahteraan kita.
Ketika hasrat atau amarah kita berkembang secara berlebihan, maka ia akan merusak pandangan atau perilaku kita. Jika hasrat telah melampui batas wajar, maka muncullah kejahatan, ketamakan, prasangka, kekejaman, kehinaan, nafsu jahat, kekikiran, dan penghianatan. jika karakteristik hasrat tersebut terpendam dan kurang sempurna di dalam sifat seseorang, maka akan tumbuh kelemahan, ketidakberdayaan, dan kehinaan.
Jika amarah melampaui batas wajar, maka akan lahir watak jahat, angkuh, kebencian, sifat pemarah, tidak toleran, kejam, tidak stabil, kepalsuan, sombong, dan egois. Jika seseorang tidak dapat mengendalikan amarahnya, maka dendam akan menjalar di dalam dirinya. Jika karakteristik amarah ini terpendam dan tidak sempurna di dalam diri seseorang, maka pencelaan terhadap diri sendiri, kelemahan, kelalaian, kerusakan, dan ketidakmampuan menjadi hasilnya.
Kebaikan kimia agama adalah bahwa sifat-sifat ini berada di dalam batas yang wajar, masing-masing dimanfaatkan di dalam wilayah yang tepat. Agama berfungsi sedemikian rupa untuk mendominasi sifat-sifat ini, mengendalikan nafs tersebut (hawa nafsu) agar tidak menuruti kehendaknya, mengekangnya.
Jiwa hewani memiliki kemamapuan untuk melepaskan kekuatan dan vitalitas yang luar biasa dari dalam diri kita. Sebagai contoh, seorang pria sedang bekerja di kolong mobilnya ketika dongkraknya terlepas. Ia kemudian berteriak meminta pertolongan, ibunya segera masuk ke dalam garasi dan mengangkat mobil tersebut agar pemuda itu dapat merangkak ke luar. Ketika sang ibu mencoba mengangkat mobil tersebut kembali di hadapan para wartawan, ia bahkan tidak dapat mengangkatnya sedikitpun. Melalui jiwa hewaninya, ia memperoleh kekuatan yang tidak pernah ia impikan.
Jiwa hewani adalah sumber luar biasa bagi motivasi, kekuatan untuk bertindak, dan juga mencakup potensi untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.[1]
D.       Jiwa Pribadi
Sisi berikutnya dari keseluruhan jiwa adalah ruh nafsani, jiwa pribadi terletak pada otak dan terkait dengan sistem syaraf. Jika perkembangan jantung dan sistem peredaran darah membedakan hewan dari tanaman, maka perkembangan sistem saraf yang kompleks membedakan manusia dari hewan. Sistem saraf yang sangat maju ini menghasilkan kapasitas untuk memori yang lebih besar dan untuk perencanaan dan pemikiran yang lebih kompleks. Kecerdasan jiwa pribadi membuat kita mampu memahami lingkungan kita yang jauh lebih dalam daripada kemampuan yang dimiliki oleh jiwa mineral, tumbuhan, dan hewani.
Ia juga membuat kita mampu merespon dunia di sekeliling kita secara lebih efektif. Kita dapat merencanakan dan mempersiapkan mental kita terhadap kemungkinan efek yang ditimbulkan oleh tindakan kita. Sebagai contoh, pada sebuah eksperimen psikologi klasik, diperlihatkan kepada beberapa ekor anjing sebuah mangkuk penuh makanan yang diletakkan pada arah berlawanan dari pagar rantai. Jika pagar tersebut pendek, maka anjing-anjing tersebut dengan cepat dan mudah mengitarinya untuk mengambil makanan. Ketika pagar tersebut menjadi lebih panjang, maka anjing-anjing tersebut harus pergi lebih jauh dan semakin jauh dari tujan mereka untuk mengitari pagar. Ketika wilayah yang terpagari menjadi semakin lebar, maka anjing-anjing tersebut terdiam di wilayah tepat berada di seberang makanan tersebut dan mencoba menggali di bawah pagar.
Bagaimanpun juga, problem semacam ini tidak menimbulkan kesulitan bagi manusia, termasuk juga anak-anak. Karena ketidakmampuan mereka untuk menbentuk model mental yang kompleks, maka hewan cenderung untuk mendapatkan kepuasan dengan segera dan didominasi oleh motivasi jangka pendek. Perkembangan kecerdasan manusia memberikan jalan bagi kita untuk memiliki rencana jangka panjang dan untuk berfungsi secara lebih efektif di dunia ini. karena itu, sifat kemanusiaan menjadi semangkin kuat dan mendominasi seluruh spesies lainnya.
Jiwa pribadi juga tempat ego. Kita memiliki ego positif dan ego negatif. Ego positif mengatur kecerdasan kita dan memberikan kepekaan terhadap diri kita sendiri. Ia dapat berupa tekanan untuk menghargai diri sendiri, bertanggung jawab, dan integritas. Di sisi lain ego negatif adalah tekanan untuk bersikap egois, angkuh dan merasa terpisah dari manusia lainnya dan Tuhan. Ego positif adalah teman yang baik di jalan spiritual. Ia dapat memberikan ketenteraman batin pada saat guncangan-guncangan tak terhindarkan muncul selama kita berada di jalan spiritual. Ego negatif adalah musuh, ia merusak pandangan kita dan mencemari hubungan kita dengan dunia.
Salah satu perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa ego positif menjadi budak kita dan ego negatif tak henti-hentinya berupaya untuk menjadi tuan kita.
Jiwa pribadi terletak di dalam neocortex, yakni sistem terbesar dari tiga sistem otak kita. Neocortex berkembang secara utuh hanya pada manusia. Ia terdiri dari sepuluh sampai seratus milyar saraf, yang mampu melakukan empat milyun hubungan. Salah satu fungsinya adalah memberi kita kemampuan untuk mengenang pikiran, perasaan, dan perilaku kita. Kita dapat mengembangkan potensi yang luas dari neocortex dengan meningkatkan hubungan antara sel-sel melalui pelatihan kepekaan dan ketidakpekaan di dalam kehidupan keseharian kita.
Keterikatan terhadap dunia. Hewan dan tumbuhan untuk dunia ini, dan mereka kerap terikat pada tempat tertentu di dunia ini. Contohnya, jika membawa pohon kurma dari Arab dan menanamnya di Alaska, maka ia akan mati. Jika kita membawa pohon per dari Alaska dan menanamnya di Arabia, maka ia tidak akan mampu bertahan. Pada tingkat kehidupan ini, terdapat tingkat fleksibilitas dan adaptasi yang relatif kecil. Hal serupa juga dialami oleh hewan. Jika menempatkan beruang kutub di Arabia, ia tidak akan mampu bertahan (setidaknya tanpa lingkungan yang ber-AC). Demikian juga dengan kuda jantan Arab yang tidak akan bertahan lama di kutub utara. Namun, kita dapat membawa sekelompok orang Eskimo ke Arabia. Hal pertama yang mereka akan lakukan adalah membuka mantel bulu mereka. Mereka akan berkeringat dan merasa kepanasan, namun pada akhirnya mereka akan mampu beradaptasi dengan iklim yang baru tersebut.
E.       Jiwa Insani
Jiwa Insani, terletak di dalam qalb, yakni hati spiritual. Jiwa insani lebih baik daripada jiwa pribadi. Ia adalah wadah dari belas kasih, keimanan, dan kreativitas. Di satu sisi, jiwa insani mencakup jiwa rahasia  dan jiwa Maha Rahasia. Ia wadah dari nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman spiritual kita.
Kreativitas dan belas kasih pertama kali muncul pada tingkat jiwa ini. Otak yang berkembang di dalam jiwa pribadi bagaikan sebuah komputer, terutama berkaitan dengan penyimpangan dan manipulasi data, tetapi tidak dengan penciptaan informasi baru. Kreativitas berlangsung di dalam hati. Sayangnya, sistem pendidikan kita terlalu berpusat pada pengembangan intelektualitas. Sehingga sedikit perhatian yang ditujukan pada pengembangan hati, yang disuburkan oleh seni dan ibadah, cinta, serta pengabdian terhadap sesama manusia.
Kecerdasan hati jiwa insani dan kecerdasan abstrak jiwa pribadi saling melengkapi. Berpikir adalah berkaitan dengan analisis inpersonal dan logis. Hati menambahkan belas kasih dan keimanan. Menggabungkan keduanya membawa kita kepada penilaian yang lebih baik. Akal mengetahui apa yang paling efektif, sementara hati mengetahui apa yang benar.
Keceradasan intuitif bekerja tanpa menggunakan akal secara sadar. Bentuk kecerdasan ini disuburkan oleh keimanan terhadap Tuhan atau terhadap keberadaan hakikat yang lebih besar. Kepekaan terhadap dunia eksternal dan kepekaan batiniah berkembang melalui introspeksi diri, perenungan atau zikir, dan belas kasih serta rasa yang tumbuh dari penyesuaian diri terhadap alam, hewan, dan manusia lainnya.
F.       Jiwa Rahasia
Jiwa rahasia adalah bagian dari kita yang mengingat Tuhan. Jiwa rahasia, atau kesadaran batiniah, terletak di dalam hati batiniah. Jiwa inilah yang mengetahui dari mana ia datang dan kemana ia pergi. Seorang guru Sufi menulis, “Tubuh sepenuhnya dalam kegelapan, lampunya adalah kesadaran batiniah. Jika seseorang tidak memiliki kesadaran batiniah, maka orang tersebut berada di dalam kegelapan selamanya.”
Sebelum jiwa-jiwa kita berubah wujud, Tuhan berkata kepada mereka, “Apakah Aku Tuhanmu?” dan jiwa-jiwa tersebut menjawab, “Sungguh benar”. Jiwa yang memberi respon tersebut adalah jiwa rahasia. Jiwa rahasia mengetahui siapa dirinya sebelumnya, dan ia kini masih mengetahuinya. Selama berabad-abad, jiwa rahasia hidup sangat dekat dengan Tuhan, bermandikan cahaya dari hadirat-Nya. Hanya pada inkarnasi ke alam material inilah kita kehilangan rasa keterikatan.
Kesadaran batiniah (jiwa rahasia) adalah secara khusus diberikan pada kesatuan yang lahir pada saat mengalami Kesatuan Ilahiah yang kreatif. Karenanya, telah dikatakan bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui, mencintai, mencari Tuhan, karena kesadaran batiniahlah yang mencari, mencintai, dan mengenal Tuhan. Sebagaimana dituturkan Nabi Muhammad, “Aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku.”
G.      Jiwa Maharahasia
Sirr al-asrar mencakup sesuatu yang benar-benar transendental melampaui ruang dan waktu. Ini adalah jiwa azali (ruh) yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri Adam dalam diri manusia. Ia adalah inti kita, jiwa dari sang jiwa. Ia adalah percikan Ilahi yang suci di dalam diri kita. Untuk alasan ini, imajinasi kita yang berkenaan dengan penciptaan manusia harus dikembangkan. Kita tidak semata-mata berpikir seperti hewan, kita juga bukanlah semata kepribadian kita sendiri. Kemampuan kita bagi pengembangan dan pemahamaman spiritual benar-benar tidak terbatas. Salah satu Guru Sufi yatu ‘Abd al-Qadr al-Jaylani menjelaskan hubungan antara jiwa insani, jiwa rahasia, dan jiwa Maha Rahasia:
Tuhan Maha Agung mencipatakan roh suci sebagai ciptaan yang paling sempurna di dalam surga. Dia kemudian berkehendak untuk menurunkannya ke dunia yang lebih rendah. Untuk mengajarkan pada roh suci tersebut untuk mencari keintiman dan kedekatan azalinya dengan Tuhan. Dalam perjalannya, Tuhan pertama kali mengirimnya pada dunia akal kausal. Ketika ia melewati dunia ini, ia dibekali busana cahaya Ilahi dan dikurnia nama sultan jiwa (jiwa Maha Rahasia). Ketika ia melewati dunia malaikat, ia dinamai “jiwa yang bergerak” (jiwa rahasia). Ketika ia akhirnya turun ke dunia materi, ia diberi pakaian, bahan yang kasar guna menyelamatkan dunia ini. sebab, jika dunia materi berhubungan dengan dunia ini, ia kemudian dikenal sebagi kehidupan, jiwa insani.
Tuhan menciptakan tubuh untuk didiami oleh sang jiwa. Dia menempatkan roh suci di dalam lubuk hati terdalam, tempat ia ciptakan sebuah ruang terbaik untuk menjaga rahasia tersebut antara Tuhan dan hamba-Nya. Jiwa-jiwa ini berada di bagian yang berbeda dari tubuh.
Tempat “jiwa yang bergerak” (jiwa rahasia) adalah di dalam kehidupan sang hati. Dunia malaikat secara terus menerus berada di dalam pandangannya, suara “jiwa yang bergerak” adalah suara dunia batiniah, tanpa kata-kata, tanpa bunyi. Pemikiran-pemikirannya secara terus-menerus berkaitan dengan rahasia dari makna-makna tersembunyi. Tempat sultan jiwa (jiwa maharahasia) adalah pada lubuk hati terdalam hatinya sang hati. Urusan jiwa ini adalah kearifan Ilahiah. Tugasnya adalah mengetahui seluruh pengetahuan ketuhanan, sebagai medium pengabdian sejati yang diungkapkan oleh bahasa sang hati.
Syekh Muzaffer kerap menuturkan bahwasanya, “Di dalam dirimu adalah apa yang benar-benar melampaui keseluruhan alam semesta.” Di dalam hati kita masing-masing terpancar percikan Ilahi yang tidak dapat di batasi di dalam diri kita, atau ditampung di dunia ini atau ribuan alam semesta yang menyusun keseluruhan ciptaan. Ia juga kita, kita semua harus menyadari siapa diri kita sebenarnya.
Didalam satu Hadist Nabi, Allah menyatakan, “Aku tidak dapat ditampung oleh langit dan bumi. Aku hanya dapat ditampung di dalam hati hamba-Ku yang beriman.” Amalan zikir ditujukan untuk membimbing kita menemukan kembali jiwa Maha Rahasia di dalam diri kita. Jika kita dapat mengingat bahwa setiap orang yang kita temui memiliki jiwa yang suci, maka kita akan memperlakukan setiap orang dengan sangat hormat dan belas kasih yang tertinggi. Seluruh hubungan kita akan berubah, dan kehidupan kita secara mendasar ikut berubah.[2]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jiwa mineral atau ruh maddani itu terletak dalam sistem kerangka. Di dalam diagram tujuh aspek jiwa, jiwa mineral berbatasan dengan jiwa Maha Rahasia, wadah percikan Illahi yang suci di dalam diri masing-masing manusia. Dunia mineral sangatlah dekat dengan Tuhan. Ia tidak pernah memberontak kepada kehendak Ilahi.
Jiwa nabati, yakni ruh nabati, terletak di dalam hati (dalam artian fisik) dan terkait dengan sistem pencernaan. Ia mengatur pertumbuhan dan asimilasi dari bahan-bahan makanan, fungsi yang kita bagi dengan tanaman. Ini adalah fungsi yang baru, dalam konteks evolusioner, sebab dunia mineral tidak memiliki kebutuhan akan makanan. Dengan kata lain, terdapat jiwa di dalam tubuh kita yang serupa dengan jiwa yang diberikan oleh Tuhan kepada tumbuhan.
Jiwa hewani, atau ruh haywani, terletak di dalam hati dan berhubungan dengan sistem peredaran darah. Hewan memiliki empat bilik hati dan sistem peredaran darah kompleks, yang mengalirkan darah ke seluruh organisme (pada reptil, sistem peredaran darah sepenuhnya berkembang, dan reptil hanya memiliki tiga bilik jantung. Akibatnya, kemampuannya bergerak menjadi terhambat, dan reptil membutuhkan udara hangat untuk dapat bergerak secara aktif. Sistem peredaran darah para mamalia yang lebih berkembang, menahan jiwa panas dengan lebih baik, sehingga membuat mamalia lebih aktif di dalam berbagai iklim).
Sisi berikutnya dari keseluruhan jiwa adalah ruh nafsani, jiwa pribadi terletak pada otak dan terkait dengan sistem syaraf. Jika perkembangan jantung dan sistem peredaran darah membedakan hewan dari tanaman, maka perkembangan sistem saraf yang kompleks membedakan manusia dari hewan. Sistem saraf yang sangat maju ini menghasilkan kapasitas untuk memori yang lebih besar dan untuk perencanaan dan pemikiran yang lebih kompleks. Kecerdasan jiwa pribadi membuat kita mampu memahami lingkungan kita yang jauh lebih dalam daripada kemampuan yang dimiliki oleh jiwa mineral, tumbuhan, dan hewani.
Jiwa Insani, terletak di dalam qalb, yakni hati spiritual. Jiwa insani lebih baik daripada jiwa pribadi. Ia adalah wadah dari belas kasih, keimanan, dan kreativitas. Di satu sisi, jiwa insani mencakup jiwa rahasia  dan jiwa Maha Rahasia. Ia wadah dari nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman spiritual kita.
Jiwa rahasia adalah bagian dari kita yang mengingat Tuhan. Jiwa rahasia, atau kesadaran batiniah, terletak di dalam hati batiniah. Jiwa inilah yang mengetahui dari mana ia datang dan kemana ia pergi. Seorang guru Sufi menulis, “Tubuh sepenuhnya dalam kegelapan, lampunya adalah kesadaran batiniah. Jika seseorang tidak memiliki kesadaran batiniah, maka orang tersebut berada di dalam kegelapan selamanya.”
Sirr al-asrar mencakup sesuatu yang benar-benar transendental melampaui ruang dan waktu. Ini adalah jiwa azali (ruh) yang ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri Adam dalam diri manusia. Ia adalah inti kita, jiwa dari sang jiwa. Ia adalah percikan Ilahi yang suci di dalam diri kita. Untuk alasan ini, imajinasi kita yang berkenaan dengan penciptaan manusia harus dikembangkan. Kita tidak semata-mata berpikir seperti hewan, kita juga bukanlah semata kepribadian kita sendiri. Kemampuan kita bagi pengembangan dan pemahamaman spiritual benar-benar tidak terbatas.


DAFTAR PUSTAKA

Dewie, Cicilia Wahyu Riana, Keseimbangan 7 Jiwa, (yogyakarta:http://www.pelatihanspiritual.com/2012/04/keseimbangan-7-jiwa.html)
Frager, Robert, Hati, Diri dan Jiwa: Psikologi Sufi, Terj. Hasmiyah Rauf, (Jakarta: Serambi, 2005)


[1]Cicilia Wahyu Riana Dewie, Keseimbangan 7 Jiwa, (yogyakarta: http://www.pelatihanspiritual.com/2012/04/keseimbangan-7-jiwa.html), 29 September 2014, 22:30 WIB.
[2]Robert Frager, Hati, Diri dan Jiwa: Psikologi Sufi, Terj. Hasmiyah Rauf, (Jakarta: Serambi, 2005), hlm. 150-156.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar