Selasa, 11 Oktober 2016

Makakalah Filsafat Bahasa tentang Atomisme Logis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hubungan bahasa dengan masalah filsafat telah lama menjadi perhatian para Filosof bahkan sejak zaman Yunani. Para Filosof mengetahui bahwa berbagai macam problema filsafat dapat dijelaskan melalui suatu analisis bahasa. Sebagai contoh: problema filsafat yang menyangkut pertanyaan, keadilan, kebaikan, kebenaran, kewajiban, hakekat ada (Metafisika) dan pertanyaan-pertanyaan fundamental lainnya dapat dijelaskan dengan menggunakan metode analisis bahasa. Tradisi inilah oleh para ahli sejarah filsafat disebut sebagai “Filsafat Analitik” yang berkembang di Eropa terutama di Inggris abad XXI.
Analitika bahasa adalah suatu metode yang khas dalam filsafat untuk menjelaskan, menguraikan dan menguji kebenaran ungkapan-ungkapan filosofis. Secara garis besar, filsafat bahasa ini terbagi dalam tiga aliran yang pokok, yaitu: Atomisme logis, Positivisme logis, dan filsafat bahasa biasa.
Didalam pembahasan pada makalah kami ini, pembahasan difokuskan kepada aliran filsafat bahasa yang bercorak Atomisme logis, untuk lebih jelasnya tentang atomisme logis, mari kita seksama membahas pada makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
Didalam makalah ini, pembahasan kami batasi meliputi:
1.      Pengertian Atomisme logis?
2.      Filsafat Atomisme logis Bertrand Russell?
C.    Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami:
1.    Pengertian Atomisme logis.
2.    Filsafat Atomisme logis Bertrand Russell.





BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Atomisme Logis
Kata Atom mempunyai arti “benda terkecil, satuan bangunan yang tidak dapat dimusnahkan”(Aristoteles). Kata Atomisme merupakan turunan dari kata Yunani Atomos yang berarti tidak dapat dipenggal, A adalah tidak sedangkan Tomos merupakan sekawanan dari bahasa Yunani Themnein yang artinya memenggal.[1] Atomisme Logis, merupakan suatu faham atau ajaran yang berpandangan bahwa bahasa itu dapat dipecah menjadi proposisi-proposisi atomik atau proposisi- proposisi elementer, melalui teknik analisa logik atau analisa bahasa. Setiap proposisi atomik atau proposisi elementer itu tadi mengacu pada atau mengungkapkan keperibadian suatu fakta atomik yaitu bagian terkecil dari realitas. Dengan pandangan yang demikian itu, kaum Atomisme Logis bermaksud menunjukkan adanya hubungan yang mutlak antara bahasa dengan realitas.
Atomisme logis yang berpusat di Cambridge, Inggris dirintis oleh ‘tiga serangkai’ G.E. Moore (1873-1958), Bertrand Russell (1872-1979), dan Ludwid Wittgenstein (1889-1951). Walaupun pemikiran atomisme logis sebenarnya telah dikembangkan oleh Ludwig Wittgenstein dalam karyanya “Tractatus Logico Philosophicus”, namun nama dari aliran ‘atomisme logis’ ini pertama kali dikemukakan oleh Bertrand Russell dalam suatu artikelnya yang dimuat dalam “Contemporary British Philosophy” yang terbit pada tahun 1924. Nama atomisme logis yang digunakan oleh Bertrand Russell menunjukkan pengaruh dari David Hume dalam karyanya “An Enguiry Concerning Human Understanding”.
Pemikiran filsafat di Inggris sebelum Bertrand Russell dikuasasi oleh tradisi idealisme sehingga dapat pula dikatakan bahwa filsafat atomisme yang dikembangkan oleh Bertrand Russell seorang penganut empirisme yang pikirannya sangat dipengaruhi oleh John Lock dan David Hume merupakan reaksi keras terhadap aliran idealisme. Bagi kalangan empirisme, seperti David Hume misalnya, mengungkapkan bahwa semua ide yang kompleks itu terdiri atas ide-ide yang sederhana atau ide yang atomis (atomic ideas) yang merupakan ide yang sederhana.  Menurut Hume, seorang filsuf itu hendaknya melaksanakan analisis psikologi terhadap ide. Dari sinilah bermula perbedaan pemikiran antara Bertrand Russell dan David Hume.  Menurut Bertrand Russell, analisis itu bukan pada aspek psikologis namun dilakukan terhadap proposisi-proposisi.
Perkembangan pemikiran atomisme logis ini juga  dipengruhi oleh F.H. Bradley dalam hubungannya dengan formulasi logika proposisi, juga oleh G. E. Moore yang menekankan pada ciri analisisnya. Bradley mengungkap kelemahan empirisme yang bersifat psikologis yang hanya bekerja dengan ide-ide dan bukan berdasarkan pada suatu putusan (judgements) atau keterangan-ketarangan (propositions). Dasar inilah yang kemudian diangkat oleh Russell demi prinsip-prinsip analisisnya yaitu yang berdasarkan pada suatu putusan. Sedangkan Moore memberikan analisis proposisi filsafat berdasarkan akal sehat, bagi Moore, bahasa sehari-hari (alamiah) telah memadai untuk menganalisis persoalan kefilsafatan. Inilah yang menyebabkan Bertrand Russell mencari kebenaran melalui penggunaan analisis dan sintesa logis. Hal ini mengandung pengertian bahwa untuk mendapatkan suatu kebenaran dilakukan dengan mengajukan alasan-alasan yang bersifat apriori yang tepat, selanjutnya diikuti dengan pengamatan empiris melalui indera (aposteriori). Bertrand Russell ingin membangun bahasa yang mampu mengungkap realitas, yang berdasarkan formulasi  logika, yakni bahasa yang mampu mengungkapkan suatu realitas fakta yang bersifat akurat.[2]
2.      Konsep Atomisme Logis
Pada mulanya russell mengikuti garis pemikiran moore sebagai upaya untuk menentang pengaruh kaum hegelian di Inggris dengan bertitik tolak pada akal sehat (common sense).Namun pada perkembangan selanjutnya russell, rusel mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang diambil moore.Bagi rusel penggunaan bahasa biasa dalam maksud filsafat yang diinginkan moore tidak tepat. Russel tidak maksud mengarahkan teknik analisis yang diajukan oleh moore untuk menentang ungkapan kosong dari kaum Hegelian, akan tetapi russel akan mencoba membentuk filsafat yang bercorak ilmiah dengan cara ”menerapkan metode ilmiah pada filsafat”.
Russell menentukan titik tolak pemikiranya berdasarkan bahasa logoka. Sebab ia berkeyakinan bahwa teknik analisis yang didasarkan pada bahasa logika itu dapat menjelaskan struktur bahasa dan struktur realitas.Analisis logis mengandung pengertian, suatu upaya untuk mengajukan alasan apriori yang tepat bagi pernyataan, sedangkan sentesa logik berarti menentukan makna peryataan atas dasar empirik/pengalaman. Namun russel mendahulukan analisis logik dari pada sentesa logik, karena teori yang melulu bersifat empirik tidak dapat menjangkau hal-hal yang bersifat universal. Baginya, kebenaran yang bersifat logik dan matematik -diungkapkan melalui analisis logik-, menyakinkan kita untuk mengakui kepribadian sifat-sifat “universal” yang tak terubahkan, padahal banyak teori yang bersifat empirik murni tidak dapat mempertanggung jawabkan hal seperti itu.
Berdasarkan uraian diatas tampak jelas bahwa russell hendak menyusun teori atomisme logis dengan berpijak pada bahasa logika. Dengan bahasa logika itulah ia melakukan kerja analisis bahasa bagi bahasa filsafat untuk memperoleh apa yang disebutnya sebagai atom-atom logis atau proposisi atonomis.
1.    Corak logik (logical types)
Russel mensinyalir adanya perbedaan corak logik ini melalui perbandingan antara dua kalimat yang struktur bahasanya sama, namun memiliki struktur logik yang berbeda.
Contoh:
“A dan B dapat dikatakan memiliki corak logik yang sama, jika unsur A mengandung unsur kesesuaian dengan unsur B, sehingga akibat yang berlaku atau unsur lawan bagi B dapat digantikan pada A”.
Dengan memahami corak logik yang terkandung dalam ungkapan, kita dapat membedakan antara bentuk tatabahasa (penampakan bentuk logik) dengan bentuk sintaksis (bentuk logik yang nyata) dari sebuah kalimat.
2.      Prinsip Isomorfi (kesepadanan)
Menurut russell seluruh pengetahuan hanya dapat difahami apabila diungkapkan dalam bentuk bahasa logika. Russell berkeyakinan, dengan memadukan prinsip matematik kedalam prinsip logika, ia mampu memecahkan persoalan filsafat.
Menurut russell analisis bahasa yang benar itu dapat menghasilkan pengetahuan yang benar pula tentang dunia, karena unsur yang paling kecil dari bahasa (proposisi atomik). Atau dengan kata lain, ada kesamaan) antara unsur dunia fakta atau realita disatu pihak dan dunia kata (bahasa) atau simbol di pihak lain: ada isomorfi (kesepadanan) antara unsur bahasa dan unsur kenyataan. Prinsip isomorfi ini berkaitan erat dengan dasar acuan bagi suatu kata atau ungkapan.
3.      Fungsi Kebenaran
Analisis logis terhadap bahasa akan menempatkan studi tentang tatabahasa yang mampu menjelaskan secara lebih terang persoalan-persoalan filsafat ketimbang sesuatu yang dianggap sudah benar oleh kebanyakan filsuf.
4.      Proposisi Atomik dan Proposisi Majemuk
Pembahasan proposisi atomik dan proposisi majemuk ini berkaitan erat dengan upayanya untuk menjelaskan ksepadanan antara struktur bahasa dengan struktur realitas. Sebab bahasa dianggap sebagai keseluruhan dari proposisi atomik itu tidak hanya mengacu pada fakta fakta atomik yang mengacu membentuk relitas, tetapi bahas itu juga merupakan “lahan” yang akan digarap melalui teknik analisis logik. Bahasa “ khususnya bahas filsafat” dapat mencerminkan realitas sejauh dapat dilakukan analisis logik yang diikuti dengan sintesa logik, sehingga iperoleh proposisi yang paling sederhana yang mengacu kepada fakta yang paling sederhana pula “fkta atomik ”yaitu propoisi stomik” yaitu proposisi atomik. Setiap proposisis itu ada pada hakikatnya mengacu pada dua hal yaitu “data inderawi (particularia) yang merupakan hasil persepsi konkret individual, dan sifat atau hubungan (universalia) dri data inderawi itu tadi.
Suatu proposisi (dapat bernilai benar atau salah) yang menjelaskan suatu fakta atomik itu dinamaka proposisi atomik. Proposisi atomik ini merupakan bentuk proposisi yang paling sederhana, karena sama sekali tidak memuat unsur-unsur majemuk.
Misalnya: x adalah y (ini adalah putih) atau xRy (ini berdiri di samping itu). Setiap proposisi itu memiliki mempunyai makna sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain. Dengan memberikan kata penghubung seperti “ada”, atau “atau”, maka kita dapat membentuk suatu proposisi majemuk.[3]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam perkembangan pemikiran filsafat di Iggris, permulaan abad XX, muncullah suatu perkembangan pemikiran yang baru yang oleh para ahli sejarah filsafat disebut sebagai suatu perubahan yang radikal atau sebagai suatu ‘revolusi’. Perkembangan baru ini membawa perubahan dalam gaya, arah dan corak pemikirannya.
Pusat dari gerakan pemikiran filsafat yang baru ini adalah di Cambridge Inggris yang dirintis oleh G.E. Moore (1873-1958). Dan sebagai tokoh utamanya yaitu Bertrand Russell (1872-1970) dan Ludwig Wittgestein (1889-1951).
Bertrand Russell sendiri sebenarnya sebagai seorang penganut empirisme yang mengikuti jejak John Locke dan David Hume, sehingga konsep filosofisnya nampak adanya garis-garis filsafat empirisme. Nama ‘Atomisme logis’ yang dipilih oleh Bertrand Russell menunjukkan adanya pengaruh dari David Hume dalam suatu karyanya yang berjudul ‘An Enguiry Concerning Human Understanding’. Struktur pemikiran atomisme logis diilhami oleh konsep Hume tentang susunan ide-ide dalam pengenalan manusia. Menurut Hume semua ide yang kompleks itu terdiri atas ide-ide yang sederhana atau ide yang atomis (atomic ideas) yang merupakan ide yang terkecil. Hume percaya bahwa filsuf itu hendaknya melaksanakan analisis fisikologis terhadap ide. Dalam kaitan ini Bertrand Russell menolak atomisme fisikologisnya David Hume dan analisis itu bukannya pada aspek fisikologis namun dilakukan terhadap proposisi-proposisi. Atas dasar inilah Bertrand Russell memilih nama atomisme logis dari pada realisme.
Walaupun pemikiran atomisme logis yang dikembangkan oleh Bertrand Russell dipengaruhi oleh empirisme terutama John Locke dan David Hume, namun dalam kenyataannya tradisi idealispun juga memberikan garis dan warna dalam pemikirannya. Pengaruh pemikiran idealisme tersebut antara lain dari F.H. Bradley dan pemikiran analitis G.E. Moore. F.H. Bredly mempengaruhi bidang formulasi logika proposisi sedangkan G.E. Moore memberikan tekanan pada ciri analisisnya. Demikianlah dalam kenyataannya munculnya pemikiran baru atomisme logis di Inggris tidak dapat dipisahkan dengan para tokoh yang mempengaruhi dan memberikan sumbangan kepada atomisme logis.

DAFTAR PUSTAKA
http://id,m,wikipedia, 0rg/ wiki/ atomisme- 2014/04


[1]http://id,m,wikipedia, 0rg/ wiki/ atomisme- 2014/04
[2]baru myusuf, atomisme logis ,(Tulungagung: http://muhammadbaru.blogspot.co.id/2015/05/atomisme-logis.html, 2015) diakses pada tanggal 30 Nopember 2015, pukul 10.23 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar