Jumat, 21 Juni 2013

Makalah Biografi Nabi Muhammad, Situasi Arab Pra Islam dan Proses Pembentukan Madinah

Disusun Oleh :
1. Naharin Suroyya    (2833123010)
2. Tri Abdul Rohman (2833123017)




BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah seorang insan manusia yang utus oleh Alloh untuk mengajarkan Islam kepada seluruh umat di dunia ini. Beliau adalah sosok yang sangat hebat dan sangat luar biasa, baik dalam pengetahuannya maupun dalam keagamaannya. Beliau adalah satu – satunya utusan Alloh yang sangat Alloh sayangi. Nabi Muhammad adalah satu – satunya Nabi dan Rasul yang paling terakhir, sesudah beliau tidak akan ada Nabi dan Rasul lagi. Jika nabi – nabi terdahulu diutus hanya untuk kaumnya saja. Maka Nabi Muhammad diutus untuk seluruh manusia di dunia ini.
Kedatangan Nabi Muhammad di dunia ini sangat berperan penting dalam merubah peradaban umat Islam, khususnya penduduk Mekkah.[1]Beliau diutus ditengah – tengah manusia disaat manusia berada dalam kesesatan dan memuncaknya kerusakan akhlak manusia. Maka Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Beliau terlahir dari keluarga kaum Quraisy  dan dibesarkan di kota Makkah . Kota Makkah adalah salah satu wilayah Islam  yang penduduknya terkenal dengan sebutan kaum Jahiliyah. Kaum Jahiliyah adalah sebutan untuk kaum yang penduduknya tidak mengenal Tuhan dan memiliki kebiasaan buruk.[2] Contoh : membunuh tiap bayi perempuan, minum – minuman arak, perempuan dijadikan harta warisan, dll. Ketika melihat keadaan itulah Nabi Muhammad diutus untuk merubah semua kebiasaan itu dan menyebarkan ajaran Islam. Meskipun dalam proses merubah kebiasaan itu dan menyebarkan ajaran Islam mengalami banyak perlawanan dari semua pihak yakni dari kaum Quraisy. Bahkan pamannya sendiri juga sangat memusuhinya. Namun Nabi Muhammad tidak pernah putus asa. Beliau terus berjuang dan menjalankan semua perintah Alloh. Karena beliau yakin bahwa Alloh selalu ada untuk membantunya dan selalu menjaganya. Namun akhirnya beliau berhasil merubah peradaban penduduk Islam menjadi peradaban Islam yang luar biasa. Bahkan sekarang Makkah merupakan pusat dari peradaban Islam.
Setelah Nabi Muhammad berhasil menyebarkan ajaran Islam di Makkah , kemudian beliau menyebarkan ajaran Islam ke kota Madinah. Namun lagi – lagi beliau mengalami rintangan yakni perlawanan dari penduduk Madinah, tapi akhirnya  beliau juga berhasil.
Dengan demikian, makalah ini akan menguraikan mengenai biografi Nabi Muhammad, keadaan Makkah sebelum kedatangan Nabi Muhammad dan membentukan kota Madinah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah biografi dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW ?
2.      Bagaimana situasi Arab Pra Islam ?
3.      Bagaimana proses pembukaan kota Madinah ?

C.    Tujuan
1.      Untuk menceritakan Biografi dan Perjuangan  Nabi Muhammad.
2.      Untuk menjelaskan situasi Arab Pra Islam.
3.      Untuk menjelaskan proses pembukaan kota Madinah.

BAB II
Pembahasan
v  Biografi dan Perjuangan Nabi Muhammad
1.      KELAHIRAN
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthallib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah[3].
Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah[4]. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekah dan Ka’bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keingin Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak).
Beberapa bulan setelah penyerbuan tentara gajah, Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki, yang diberi nama Muhammad. Ia lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M. Saat itu ayah Muhammad, Abdullah, telah meninggal dunia. Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muthallib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada Abdul Muthallib, “Sungguh di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar, tetapi tak satu pun yang bernama demikian.” Abdul Muthallib menjawab, “Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain. Dengam nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya.”
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ’Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah,Libanon dan Palestina).
Adalah suatu kebiasaan di Mekah, anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad lahir, ibu -  ibu dari desa Sa’ad datang ke Mekah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa’ad terletak kira-kira 60 km dari Mekah, dekat kota Ta’if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya. di antara ibu-ibu tsb terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du’aib as Sa’diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karenanya ia sempat ragu untuk mengasuh Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa bayi Muhammad sangat menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad SAW sebagai anak asuhnya.
Ternyata kehadiran Muhammad SAW sangat membawa berkah pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin sekali bahwa bayi dari Mekah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.
2.      TANDA-TANDA KENABIAN
Sejak kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.
Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah. Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad SAW. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang member salam kepada Muhammad SAW, “Assalamu ‘Alaika ya Muhammad,” padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.
Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad SAW. Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW.Saat ditanyai, Muhammad SAW menjawab, “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit.”  Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu kandungnya di Mekah.
Dalam usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW telah menjadi yatim-piatu. Aminah meninggal karena sakit sepulangnya ia mengajak Muhammad SAW berziarah ke makam ayahnya. Setelah kematian Aminah, Abdul Muthallib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad SAW. Namun kemudian Abdul Muthallib pun meninggal, dan tanggung jawab pemeliharaan Muhammad SAW beralih pada pamannya, Abu Thalib.
Ketika berusia 12 tahun, Abu Thalib mengabulkan permintaan Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya ketika ia memimpin rombongan ke Syam (Suriah). Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk ikut dalam perjalanan seperti itu, namun dalam perjalanan ini kembali terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW. Segumpal awan terus menaungi Muhammad SAW sehingga panas terik yang membakar kulit tidak dirasakan olehnya. Awan itu seolah mengikuti gerak kafilah rombongan Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti. Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat dalam kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang mengendarai unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar matahari oleh segumpal awan di atas kepalanya. “Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu,” pikirnya.  Pendeta itu pun berjalan menyongsong iring-iringan kafilah itu dan mengundang mereka dalam suatu perjamuan makan. Setelah berbincang-bincang dengan Abu Thalib dan Muhammad SAW sendiri, ia semakin yakin bahwa anak yang bernama Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk oleh Allah SWT. Keyakinan ini dipertegas lagi oleh kenyataan bahwa di belakang bahu Muhammad SAW terdapat sebuah tanda kenabian. Saat akan berpisah dengan para tamunya, pendeta Buhairah berpesan pada Abu Thalib, “Saya berharap Tuan berhati-hati menjaganya. Saya yakin dialah nabi akhir zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh umat manusia. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh orang-orang Yahudi. Mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya. Saya tidak mengada-ada, apa yang saya terangkan itu berdasarkan apa yang saya ketahui dari kitab Taurat dan Injil. Semoga tuan-tuan selamat dalam perjalanan.”  Apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen itu membuat Abu Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah dan segera pulang ke Mekah
Pada usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan Hilful-Fudûl, suatu lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Saat itu di Mekah memang sedang kacau akibat perselisihan yang terjadi antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Muhammad SAW mulai tampak. Karena aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya. Relasi dagangnya semakin meluas karena berita kejujurannya segera tersiar dari mulut ke mulut, sehingga ia mendapat gelar Al- Amîn, yang artinya orang yang terpercaya[5].
3.      BERKENALAN DENGAN KHADIJAH
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitu pula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun[6] sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang memiliki arti “yang benar”
4.      KERASULAN MUHAMMAD
Menjelang usianya yang ke-40, Nabi Muhammad SAW sering berkhalwat (menyendiri) ke Gua Hira, sekitar 6 km sebelah timur kota Mekah. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana. Suatu ketika, pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611. Saat itu Muhammad SAW berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Dengan turunnya 5 ayat pertama ini, berarti Muhammad SAW telah dipilih oleh Allah SWT sebagai rasul), beliau melihat cahaya terang benderang memenuhi ruangan gua itu. Tiba-tiba Malaikat Jibril muncul di hadapannya sambil berkata, “Iqra’ (bacalah).” Lalu Muhammad SAW menjawab, “Mâ anâ bi qâri’ (saya tidak dapat membaca).” Mendengar jawaban Muhammad SAW, Jibril lalu memeluk tubuh Muhammad SAW dengan sangat erat, lalu melepaskannya dan kembali menyuruh Muhammad SAW membaca. Namun setelah dilakukan sampai 3 kali dan Muhammad SAW tetap memberikan jawaban yang sama, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan wahyu Allah SWT pertama
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya :
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.4.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[7]. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al Alaq ayat 1-5)[8]
Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya..
Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Qurʾān (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.
5.      DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
Wahyu berikutnya adalah surat Al-Muddatsir: 1-7,:
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ   šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ
Artinya :”Hai orang yang berkemul ( berselimut )(1), bangunlah, lalu berilah peringatan!(2) dan Rabbmu agungkanlah(3), dan pakaianmu bersihkanlah(4), dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah(5), dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.(6) Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.(7) (QS. Al-Muddatsir : 1 -7)
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah SAW berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abu Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi SAW sejak ibunya masih hidup. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqas, dan Talhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Setelah beberapa lama Nabi SAW menjalankan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah agar Nabi SAW menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab.
Langkah dakwah seterusnya diambil Nabi Muhammad SAW dalam pertemuan yang lebih besar. Ia pergi ke Bukit Shafa, sambil berdiri di sana ia berteriak memanggil orang banyak. Karena Muhammad SAW adalah orang yang terpercaya, penduduk yakin bahwa pastilah terjadi sesuatu yang sangat penting, sehingga mereka pun berkumpul di sekitar Nabi SAW. Untuk menarik perhatian, mula-mula Nabi SAW berkata, “Saudara-saudaraku, jika aku berkata, di belakang bukit ini ada pasukan musuh yang siap menyerang kalian, percayakah kalian?” Dengan serentak mereka menjawab, “Percaya, kami tahu saudara belum pernah berbohong. Kejujuran saudara tidak ada duanya. Saudara yang mendapat gelar al-Amin.”
Kemudian Nabi SAW meneruskan, “Kalau demikian, dengarkanlah. Aku ini adalah seorang nazir (pemberi peringatan). Allah telah memerintahkanku agar aku memperingatkan saudara-saudara. Hendaknya kamu hanya menyembah Allah saja. Tidak ada Tuhan selain Allah. Bila saudara ingkar, saudara akan terkena azabnya dan saudara nanti akan menyesal. Penyesalan kemudian tidak ada gunanya.”
6.      PENAKLUKAN MEKKAH
Pada tahun ke-8 setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
7.      IBADAH HAJI TERAKHIR
Pada tahun 10 H, Nabi Muhammad SAW mengerjakan ibadah haji yang terakhir, yang disebut juga dengan haji wada’. Pada tanggal 25 Zulkaidah 10/23 Februari 632 Rasulullah SAW meninggalkan Madinah. Sekitar seratus ribu jemaah turut menunaikan ibadah haji bersamanya. Pada waktu wukuf di Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah.

8.      WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW.
Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada’ di Madinah, Nabi Muhammad SAW sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah, ia tetap memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi, yaitu 3 hari menjelang wafatnya, ia tidak mengimami shalat berjamaah. Sebagai gantinya ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam shalat. Tenaganya dengan cepat semakin berkurang. Pada tanggal 13 Rabiulawal 11/8 Juni 632, Nabi Muhammad SAW menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar, dengan wasiat terakhir, “Ingatlah shalat, dan taubatlah…”.
9.      MU’JIZAT.
Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur’an, karena pada masa itu bangsa Arab memiliki kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Muhammad sendiri adalah orang yang buta huruf, yang diyakini oleh umat muslim mustahil dikarang olehnya. Selain itu, Muhammad juga diyakini pula oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.
10.   PERISTIWA ISRA MI’RAJ
Pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Mi’raj. Isra, yaitu perjalanan malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidil aqsha di Yerusalem. Mi’raj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil aqsha ke langit melalui beberapa tingkatan, terus menuju Baitulmakmur, sidratulmuntaha, arsy (takhta Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan), hingga menerima wahyu di hadirat Allah SWT. Dalam kesempatannnya berhadapan langsung dengan Allah SWT inilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk mendirikan sholat 5 waktu sehari semalam[9].
v  KEADAAN MASYARAKAT MEKKAH PRA  ISLAM
            Islam lahir di jazirah arab. Kalau dilihat dari segi letak geografis, Arab termasuk wilayah yang sangat tandus dan sangat panas. Hal inilah yang menyebabakan orang – orang Arab memiliki sifat pemarah dan keras. Bahkan mereka jadi orang yang sulit untuk diberi tahu kebenaran.
 Ditambah lagi,  pada sa’at itu jazirah arab diapit oleh dua kekaisaran yaitu kekaisaran persia dan kekaisaran Bizantium. Kekaisaran persia menetapkan agama majusi sebagai agama resmi di seluruh wilayah mereka. Pemeluk agama majusi menyembah aoi dan memiliki kitap suci yang bernama Zend Avesta. Adapun kekaisaran Roati menetapkan agama Nasrani sebagai agama resmi dengan injil sebagai kitab sucinya. Kedua kitap suci tersebut sudah banyak dicampuri oleh tokoh-tokoh agama saat itu sehingga kemurnianya tidak terjamin.
                        Ada sebagian masyarakat yang menganut agama asli nenek moyang kita yaitu menyembah berhala, ada juga sebagian masyarakat agama yahudi. Sebagian besar penganut agama yahudi tinggal di kota madinah. Mereka adalah suku Bani Quraizah, Bani Gatafan, Bani Nadir, Bani Aus, dan Bani Khazraj.Bangsa arab menyambah berhala, Banyak yang di kota mekah mereka menyembah batu atau pepohonan. Mereka tidak mempercayai adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat.
                        Kondisi masyarakat JazirahArab sebelumnya Islam lahir di sebut zaman jahilliyah atau zaman kebodohan. Kebodohan itu bukanlah dalam hal pengetahuan tetapi keyakinan dan akhlak.
v  PEMBENTUKAN NEGARA MADINAH
Nabi Muhamad SAW hijrah ke madinah pada tahun 622 Masehi[10], Sejak kepindahan itulah tahun hijiriyah terbentuk. Pada mulanya, kota itu bernama Yatrib. Setelah nabi Muhammad tiba, nama kota Yatrib di rubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering pula di sebut madinatul Munawaroh (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar islam memancarkan ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota itu cukup Madinah saja.
            Di madinah nabi Muhammad SAW di angkat sebagai pemimpin. Tidak hanya memimpin dalam hal agama, namun juga dalam hal tata tertib kemasyarakatan yang ada. Dalam hal nabi menerapkan dasar dasar kehidupan yang menjadi pengokohan persatuan umat islam dan non mislim dalam pembentukan negara madinah :
1.      Membangun Masjid
Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga di gunakan untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat jiwa mereka, sebagai tempat musyawaroh dan berunding masalah tata kemasyarakatan, sebagai tempat musyawaroh dan berunding masalah tata kemasyarakatan, sebagai tenpat untuk menimba ilmu dan juga sebagai sebagai pusat pemerintahan masa itu.
2.      . Mendamaikan Suku Aus dan suku Khazraj
Sebelum islam datang, antara suku aus dan suku khazraj selalu terjadi perselisihan dan bersitegang bahkan tidak jarang terjadi pertumpahan darah, hal ni di picu adanya pihak ke tiga yakni yahudi. Kedatangan  nabi Muhammad SAW memberikan dampak positif pada kedua suku tersebut. Kedua suku tersebut banyak memeluk agama isalam, sehingga semuanya telah terikat padatali keimanan. Meskipun mereka tidak bias meninggalkan sisi fanatisme kesukuan namun dalam jiwa mereka telah tertanam bahwa semua manusia dalam pandangan islam adalah sama. Yang membedakan derajat manusia di sisi Allah hanyalah ketaqwaan.
3.      Ukhuwah Islamiyah
Nabi berusaha mempersaudarakan antara kaum muhajjirin dan kaum Anshor, dengan demikian di harapkan setiap muslimin merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Dan inilah bentuk baru ikatan persaudaraan yaitu tidak berdasarkan pada ikatan darah melainkan atas dasar Agama.
4.      Mendeklarasikan Piagam Madinah
Di madinah, di samping orang orang arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat yahudi dan orang arab masih menganut Agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas mayarakat dapat di wujudkan , nabi menawarkan deklarasi dengan mereka. Deklarasi ini di kenal dengan Piagam Madinah yang di dasarkan pada prinsip keadilan dan kemanusiaan[11].
      Deklarasi yang di contohkan Nabi diimplentasikan dengan meletakan dasar dasar hubungan penguasa rakyat. Memprioritaskan pendidikan akhlak, sehingga akhlak dalam pembentukan masyarakat madinah lebih menonjol.
      Menurut Ibnu Hasyim, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut :
a.       Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
b.      Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.
c.       Kewajiban  penduduk madinah baik muslim atau non-muslim, dalam hal moril maupun materil. Mereka harus saling bahu membahu menangkis semua serangan teehadap kota mereka.
d.      Nabu Muhammad SAW adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah. Kepada beliaulah di bawa segala perkara atau perselisihan yang besaar untuk di selesaikan.
5.      Meletakan dasar dasar Politik, Ekonomi dan Sosial
Ketika masyarakat islam terbentuk maka di perlukan dasar dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru. Oleh karena itu ayat ayat Al-Qur’an yang di turunkan di saat di Madinah di tujukan kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat tersebut di jelaskan oleh nabi melalui lisan. Sehingga jadilah dua pedoman yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dari dua sumber hokum islam tersebut didapat suatu system di bidang politik yaitu sisitem musyawarah. Dan untuk bidang ekonomi di titik beratkan pada jaminan keadilan social. Serta dalam bidang kemyarakatan, di letakan pula dasar dasar persamaan derajat antara masyarakat atau manusia, dengan menekan bahwa yang menentukan derajat manusia adalah ketaqwaan.





BAB III
                                                       PENUTUP
1.      Kesimpulan
Satu-satunya rasul Allah yang diutus untuk semua ras dan golongan adalah nabi Muhammad saw. Karena itu ajarannya sangat universal; tidak hanya tentang ibadah dan keakhiratan, namun juga urusan-urusan diniawi yang mencakup semua sisi kehidupan manusia, mulai dari masalah makan hingga urusan kenegaraan. Namun demikian, masih banyak orang yang buta terhadap pribadi dan kehidupan beliau. Akibatnya, mereka terhalang untuk melihat dan merasakan kebenaran yang dibawanya. Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai Negara Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada pemerintahan Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.
Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya mencerdaskan masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi umat dan masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan nilai etik-moral dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun kesalehan ritual yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan individual yang seiring dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang seimbang dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.
Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode Mekkah. Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil membangun tata peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat perkembangannya[12].
2.      Saran
Hendaknya kita sebagai umat islam mengetahui dan mengenal sang tokoh revolusioner dunia yaitu nabi Muhammad SAW dan mengetahui betapa beratnya, betapa besarnya perjuangan dan pengorbanan beliau.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, dkk, Menjelajahi Peradaban Islam, (Sleman: Pustaka Insan Madani, 2006), h.12
Burhan, Muhammad, Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul, (Jombang: LINTAS MEDIA, 2006). hlm.139
Jamil, Ahmad, dkk, Sejarah Kebudayaa Islam, (Semarang:  CV. Toha, 2010), hlm. 13
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah HIdup Muhammad , (Jakarta: litera Antar nusa, 1990), hlm. 49
Hisyam, Ibnu, Sirat al-Nabi SAW, Juz 1 (Kairo: Mathba’at al-Madaniy, tt) hlm. 127
Haekal, Muhammad Husein, Sejarah Hidup, hlm. 65
Schimmel, Annemarie, And Muhammad Is The Messenger, Alih bahasa: Rahmani Astuti, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Cet. III (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 220
Hasan, Hasan Ibrahim, Tarikh al-Islam, hlm. 95-97
Hisyam, Ibnu, Sirat al-Nabi SAW, hlm. 301-303
http://sejarahnabimuhammaddimadinah.blogspot.com/2011/05/kesimpulan.html. Sebtember20, 2012.                    10:39 PM


[1] Ahmadi, dkk, Menjelajahi Peradaban Islam, (Sleman: Pustaka Insan Madani, 2006), h.12
[2] Muhammad Burhan, Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul, (Jombang: LINTAS MEDIA, 2006). h.139
[3] Ahmad Jamil, dkk, Sejarah Kebudayaa Islam, (Semarang:  CV. Toha, 2010), hlm. 13
[4]Muhammad Husain Haekal, Sejarah HIdup Muhammad (Jakarta: litera Antar nusa, 1990), hlm. 49
[5]Ibnu Hisyam, Sirat al-Nabi SAW, Juz 1 (Kairo: Mathba’at al-Madaniy, tt) hlm. 127
[6] Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup, hlm. 65
[7] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
[8]Lihat, Q: A: al-‘Alaq: 1-5. Turunya surat ini sebagai tanda di angkatnya Muhammad sebagai Nabi
[9] Annemarie Schimmel, And Muhammad Is The Messenger, Alih bahasa: Rahmani Astuti, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Cet. III (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 220
[10] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, hlm. 95-97
[11] Ibnu Hisyam, Sirat al-Nabi, hlm. 301-303
 

1 komentar: