1. Naharin Suroyya (2833123010)
2. Tri Abdul Rohman (2833123017)
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Nabi Muhammad adalah seorang insan
manusia yang utus oleh Alloh untuk mengajarkan Islam kepada seluruh umat di
dunia ini. Beliau adalah sosok yang sangat hebat dan sangat luar biasa, baik
dalam pengetahuannya maupun dalam keagamaannya. Beliau adalah satu – satunya
utusan Alloh yang sangat Alloh sayangi. Nabi Muhammad adalah satu – satunya Nabi
dan Rasul yang paling terakhir, sesudah beliau tidak akan ada Nabi dan Rasul
lagi. Jika nabi – nabi terdahulu diutus hanya untuk kaumnya saja. Maka Nabi
Muhammad diutus untuk seluruh manusia di dunia ini.
Kedatangan Nabi Muhammad di dunia ini sangat berperan penting
dalam merubah peradaban umat Islam, khususnya penduduk Mekkah.[1]Beliau
diutus ditengah – tengah manusia disaat manusia berada dalam kesesatan dan
memuncaknya kerusakan akhlak manusia. Maka Nabi Muhammad diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.
Beliau terlahir dari keluarga kaum
Quraisy dan dibesarkan di kota Makkah .
Kota Makkah adalah salah satu wilayah Islam
yang penduduknya terkenal dengan sebutan kaum Jahiliyah. Kaum Jahiliyah
adalah sebutan untuk kaum yang penduduknya tidak mengenal Tuhan dan memiliki
kebiasaan buruk.[2]
Contoh : membunuh tiap bayi perempuan, minum – minuman arak, perempuan
dijadikan harta warisan, dll. Ketika melihat keadaan itulah Nabi Muhammad
diutus untuk merubah semua kebiasaan itu dan menyebarkan ajaran Islam. Meskipun
dalam proses merubah kebiasaan itu dan menyebarkan ajaran Islam mengalami
banyak perlawanan dari semua pihak yakni dari kaum Quraisy. Bahkan pamannya
sendiri juga sangat memusuhinya. Namun Nabi Muhammad tidak pernah putus asa.
Beliau terus berjuang dan menjalankan semua perintah Alloh. Karena beliau yakin
bahwa Alloh selalu ada untuk membantunya dan selalu menjaganya. Namun akhirnya
beliau berhasil merubah peradaban penduduk Islam menjadi peradaban Islam yang
luar biasa. Bahkan sekarang Makkah merupakan pusat dari peradaban Islam.
Setelah Nabi Muhammad berhasil
menyebarkan ajaran Islam di Makkah , kemudian beliau menyebarkan ajaran Islam
ke kota Madinah. Namun lagi – lagi beliau mengalami rintangan yakni perlawanan
dari penduduk Madinah, tapi akhirnya
beliau juga berhasil.
Dengan demikian, makalah ini akan
menguraikan mengenai biografi Nabi Muhammad, keadaan Makkah sebelum kedatangan
Nabi Muhammad dan membentukan kota Madinah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
biografi dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW ?
2. Bagaimana
situasi Arab Pra Islam ?
3. Bagaimana
proses pembukaan kota Madinah ?
C.
Tujuan
1. Untuk
menceritakan Biografi dan Perjuangan Nabi Muhammad.
2. Untuk
menjelaskan situasi Arab Pra Islam.
3. Untuk
menjelaskan proses pembukaan kota Madinah.
BAB II
Pembahasan
v Biografi dan Perjuangan Nabi
Muhammad
1. KELAHIRAN
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam
suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah
bin Abdul Muthallib, seorang
kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti
Wahab dari Bani Zuhrah[3].
Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun
Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya
pasukan gajah menyerbu Mekah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah[4].
Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah,
gubernur Kerajaan Habsyi di
Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekah dan Ka’bahnya sebagai pusat
perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keingin Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai
seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur,
yaitu Persia (Irak).
Beberapa bulan setelah penyerbuan tentara gajah, Aminah
melahirkan seorang bayi laki-laki, yang diberi nama Muhammad. Ia lahir pada
malam menjelang dini hari Senin, 12
Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M.
Saat itu ayah Muhammad, Abdullah, telah meninggal dunia. Nama Muhammad diberikan
oleh kakeknya, Abdul Muthallib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan
orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada Abdul Muthallib, “Sungguh
di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar, tetapi tak satu pun yang bernama
demikian.” Abdul Muthallib menjawab, “Saya mengerti. Dia memang berbeda dari
yang lain. Dengam nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya.”
Pada saat Muhammad berusia enam tahun,
ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk
mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan
pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal
dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di
sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ’Abd
al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu
Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya
disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya
ke negeri Syam (Suriah,Libanon dan Palestina).
Adalah suatu kebiasaan di Mekah, anak yang baru lahir
diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam
pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad
lahir, ibu - ibu dari desa Sa’ad datang ke Mekah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin
menyusui anaknya. Desa Sa’ad terletak kira-kira 60 km dari Mekah, dekat kota Ta’if, suatu wilayah pegunungan yang sangat
baik udaranya. di antara ibu-ibu tsb terdapat seorang wanita bernama Halimah
binti Abu Du’aib as Sa’diyah.
Keluarga Halimah tergolong miskin, karenanya ia sempat ragu untuk mengasuh
Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi
entah mengapa bayi Muhammad sangat menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah
pun mengambil Muhammad SAW sebagai anak asuhnya.
Ternyata kehadiran Muhammad SAW sangat membawa berkah
pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk-gemuk dan
menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing
itu juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah
menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin sekali bahwa bayi dari Mekah
yang mereka asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka.
2.
TANDA-TANDA KENABIAN
Sejak kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan
keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan,
usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas
bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia
berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan
berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa
berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam
keadaan sehat dan segar.
Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali diasuh
oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah. Dalam masa asuhannya
kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di
sekitar diri Muhammad SAW. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang member
salam kepada Muhammad SAW, “Assalamu ‘Alaika ya Muhammad,” padahal mereka tidak
melihat ada orang di situ.
Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil
menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian
putih menangkap Muhammad SAW. Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW.Saat
ditanyai, Muhammad SAW menjawab, “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka
memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku,
membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku
merasa sakit.” Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada
diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin
melemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun,
kepada ibu kandungnya di Mekah.
Dalam usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW telah menjadi
yatim-piatu. Aminah meninggal karena sakit sepulangnya ia mengajak Muhammad SAW
berziarah ke makam ayahnya. Setelah kematian Aminah, Abdul Muthallib mengambil
alih tanggung jawab merawat Muhammad SAW. Namun kemudian Abdul Muthallib pun
meninggal, dan tanggung jawab pemeliharaan Muhammad SAW beralih pada pamannya, Abu
Thalib.
Ketika berusia 12 tahun, Abu Thalib mengabulkan
permintaan Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya ketika ia memimpin
rombongan ke Syam (Suriah). Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu
muda untuk ikut dalam perjalanan seperti itu, namun dalam perjalanan ini
kembali terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW.
Segumpal awan terus menaungi Muhammad SAW sehingga panas terik yang membakar
kulit tidak dirasakan olehnya. Awan itu seolah mengikuti gerak kafilah
rombongan Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti.
Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang
memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar
melihat dalam kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang
mengendarai unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar matahari oleh
segumpal awan di atas kepalanya. “Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu,”
pikirnya. Pendeta itu pun berjalan menyongsong iring-iringan kafilah itu
dan mengundang mereka dalam suatu perjamuan makan. Setelah berbincang-bincang
dengan Abu Thalib dan Muhammad SAW sendiri, ia semakin yakin bahwa anak yang
bernama Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk oleh Allah SWT. Keyakinan ini
dipertegas lagi oleh kenyataan bahwa di belakang bahu Muhammad SAW terdapat
sebuah tanda kenabian. Saat akan berpisah dengan para tamunya, pendeta Buhairah
berpesan pada Abu Thalib, “Saya berharap Tuan berhati-hati menjaganya. Saya
yakin dialah nabi akhir zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh umat
manusia. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh orang-orang Yahudi. Mereka
telah membunuh nabi-nabi sebelumnya. Saya tidak mengada-ada, apa yang saya
terangkan itu berdasarkan apa yang saya ketahui dari kitab Taurat dan Injil.
Semoga tuan-tuan selamat dalam perjalanan.” Apa yang dikatakan oleh
pendeta Kristen itu membuat Abu Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah
dan segera pulang ke Mekah
Pada usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan Hilful-Fudûl,
suatu lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Saat
itu di Mekah memang sedang kacau akibat perselisihan yang terjadi antara suku Quraisy
dengan suku Hawazin. Melalui
Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Muhammad SAW mulai tampak. Karena
aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang,
namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya. Relasi dagangnya
semakin meluas karena berita kejujurannya segera tersiar dari mulut ke mulut,
sehingga ia mendapat gelar Al- Amîn,
yang artinya orang yang terpercaya[5].
3.
BERKENALAN DENGAN
KHADIJAH
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang
menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela
diri dan memanah, begitu pula dengan ilmu untuk menambah
keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan
dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani
pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat
dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas,
membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk
Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang
sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang
bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi
di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke
berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona
sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang
dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua
kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan
keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah
kemudian mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun[6]
sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan
yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki
oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu
suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih
menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan
mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup
sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal
yang lebih penting.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan
orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di
antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu
ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya
dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci
sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para
janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong
mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab
pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan
kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang memiliki arti “yang benar”
4.
KERASULAN MUHAMMAD
Menjelang usianya yang ke-40, Nabi
Muhammad SAW sering berkhalwat (menyendiri) ke Gua Hira, sekitar 6 km
sebelah timur kota Mekah. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana.
Suatu ketika, pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611. Saat itu Muhammad SAW
berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan
berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun
syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Dengan turunnya 5 ayat pertama
ini, berarti Muhammad SAW telah dipilih oleh Allah SWT sebagai rasul), beliau
melihat cahaya terang benderang memenuhi ruangan gua itu. Tiba-tiba Malaikat
Jibril muncul di hadapannya sambil berkata, “Iqra’ (bacalah).” Lalu
Muhammad SAW menjawab, “Mâ anâ bi qâri’ (saya tidak dapat membaca).”
Mendengar jawaban Muhammad SAW, Jibril lalu memeluk tubuh Muhammad SAW dengan
sangat erat, lalu melepaskannya dan kembali menyuruh Muhammad SAW membaca.
Namun setelah dilakukan sampai 3 kali dan Muhammad SAW tetap memberikan jawaban
yang sama, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan wahyu Allah SWT pertama
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
Artinya :
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah.4.Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam[7]. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.Al
Alaq ayat 1-5)[8]
Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut,
dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada
Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya panas dan
dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya
kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak
Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang
banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen
dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa
ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan
bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang
kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan
memusuhi dan melawannya..
Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam
jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang
diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang
juga dinamakan Al-Qurʾān (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya
mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan
dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh
Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal
dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama
merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri kepada
Allah”, yaitu penganut agama Islam.
5.
DAKWAH NABI MUHAMMAD
SAW
Wahyu berikutnya adalah surat Al-Muddatsir:
1-7,:
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ wur `ãYôJs? çÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ Îh/tÏ9ur ÷É9ô¹$$sù ÇÐÈ
Artinya :”Hai orang yang berkemul
( berselimut )(1),
bangunlah, lalu berilah peringatan!(2) dan Rabbmu agungkanlah(3), dan pakaianmu bersihkanlah(4), dan
perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah(5), dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.(6) Dan untuk (memenuhi
perintah) Rabbmu, bersabarlah.(7) (QS. Al-Muddatsir : 1
-7)
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini,
mulailah Rasulullah SAW berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara
sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang pertama yang
menyambut dakwahnya adalah Khadijah,
istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali
bin Abu Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun,
sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar,
sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid
bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu
Aiman, pengasuh Nabi SAW sejak
ibunya masih hidup. Abu Bakar sendiri
kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqas, dan Talhah bin Ubaidillah.
Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Setelah
beberapa lama Nabi SAW menjalankan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah
agar Nabi SAW menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia
mengundang kerabat karibnya dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia
menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian
menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu
Lahab.
Langkah dakwah seterusnya diambil Nabi Muhammad SAW
dalam pertemuan yang lebih besar. Ia pergi ke Bukit Shafa, sambil berdiri di
sana ia berteriak memanggil orang banyak. Karena Muhammad SAW adalah orang yang
terpercaya, penduduk yakin bahwa pastilah terjadi sesuatu yang sangat penting,
sehingga mereka pun berkumpul di sekitar Nabi SAW. Untuk menarik perhatian,
mula-mula Nabi SAW berkata, “Saudara-saudaraku, jika aku berkata, di belakang
bukit ini ada pasukan musuh yang siap menyerang kalian, percayakah kalian?”
Dengan serentak mereka menjawab, “Percaya, kami tahu saudara belum pernah
berbohong. Kejujuran saudara tidak ada duanya. Saudara yang mendapat gelar al-Amin.”
Kemudian Nabi SAW meneruskan, “Kalau demikian,
dengarkanlah. Aku ini adalah seorang nazir (pemberi peringatan). Allah telah memerintahkanku agar aku
memperingatkan saudara-saudara. Hendaknya kamu hanya menyembah Allah saja.
Tidak ada Tuhan selain Allah. Bila saudara ingkar, saudara akan terkena azabnya
dan saudara nanti akan menyesal. Penyesalan kemudian tidak ada gunanya.”
6.
PENAKLUKAN MEKKAH
Pada tahun ke-8 setelah hijrah ke Madinah, Muhammad
berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang.
Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah
tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya.
Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia
menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah
haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian
memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
7.
IBADAH HAJI TERAKHIR
Pada tahun 10 H, Nabi Muhammad SAW mengerjakan ibadah
haji yang terakhir, yang disebut juga dengan haji wada’. Pada tanggal
25 Zulkaidah 10/23 Februari 632 Rasulullah SAW meninggalkan Madinah. Sekitar
seratus ribu jemaah turut menunaikan ibadah haji bersamanya. Pada waktu wukuf
di Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah.
8.
WAFATNYA NABI MUHAMMAD
SAW.
Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada’ di
Madinah, Nabi Muhammad SAW sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah, ia tetap
memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi,
yaitu 3 hari menjelang wafatnya, ia tidak mengimami shalat berjamaah. Sebagai
gantinya ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam shalat. Tenaganya dengan cepat
semakin berkurang. Pada tanggal 13 Rabiulawal 11/8 Juni 632, Nabi Muhammad SAW
menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar,
dengan wasiat terakhir, “Ingatlah
shalat, dan taubatlah…”.
9.
MU’JIZAT.
Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad
adalah Al-Qur’an, karena pada masa itu bangsa Arab memiliki
kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Muhammad sendiri adalah orang
yang buta huruf, yang diyakini oleh umat muslim mustahil dikarang olehnya.
Selain itu, Muhammad juga diyakini pula oleh umat Islam pernah membelah bulan
pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan
Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki
Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.
10. PERISTIWA ISRA MI’RAJ
Pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW mengalami
peristiwa Isra Mi’raj. Isra,
yaitu perjalanan malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidil aqsha di Yerusalem. Mi’raj,
yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil aqsha ke langit melalui beberapa
tingkatan, terus menuju Baitulmakmur, sidratulmuntaha, arsy (takhta
Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan), hingga menerima wahyu di hadirat
Allah SWT. Dalam kesempatannnya berhadapan langsung dengan Allah SWT inilah
Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk mendirikan sholat 5 waktu sehari
semalam[9].
v KEADAAN
MASYARAKAT MEKKAH PRA ISLAM
Islam lahir di jazirah arab. Kalau dilihat dari
segi letak geografis, Arab termasuk wilayah yang sangat tandus dan sangat
panas. Hal inilah yang menyebabakan orang – orang Arab memiliki sifat pemarah
dan keras. Bahkan mereka jadi orang yang sulit untuk diberi tahu kebenaran.
Ditambah lagi,
pada sa’at itu jazirah arab diapit oleh dua kekaisaran yaitu kekaisaran
persia dan kekaisaran Bizantium. Kekaisaran persia menetapkan agama majusi
sebagai agama resmi di seluruh wilayah mereka. Pemeluk agama majusi menyembah
aoi dan memiliki kitap suci yang bernama Zend Avesta. Adapun kekaisaran Roati
menetapkan agama Nasrani sebagai agama resmi dengan injil sebagai kitab
sucinya. Kedua kitap suci tersebut sudah banyak dicampuri oleh tokoh-tokoh
agama saat itu sehingga kemurnianya tidak terjamin.
Ada sebagian masyarakat
yang menganut agama asli nenek moyang kita yaitu menyembah berhala, ada juga
sebagian masyarakat agama yahudi. Sebagian besar penganut agama yahudi tinggal
di kota madinah. Mereka adalah suku Bani Quraizah, Bani Gatafan, Bani Nadir,
Bani Aus, dan Bani Khazraj.Bangsa arab menyambah berhala, Banyak yang di kota
mekah mereka menyembah batu atau pepohonan. Mereka tidak mempercayai adanya
hari kiamat dan kehidupan akhirat.
Kondisi masyarakat
JazirahArab sebelumnya Islam lahir di sebut zaman jahilliyah atau zaman
kebodohan. Kebodohan itu bukanlah dalam hal pengetahuan tetapi keyakinan dan
akhlak.
v PEMBENTUKAN
NEGARA MADINAH
Nabi Muhamad SAW hijrah ke madinah
pada tahun 622 Masehi[10],
Sejak kepindahan itulah tahun hijiriyah terbentuk. Pada mulanya, kota itu
bernama Yatrib. Setelah nabi Muhammad tiba, nama kota Yatrib di rubah menjadi
Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering pula di sebut madinatul Munawaroh (kota
yang bercahaya), karena dari sanalah sinar islam memancarkan ke seluruh dunia.
Dalam istilah sehari-hari, kota itu cukup Madinah saja.
Di
madinah nabi Muhammad SAW di angkat sebagai pemimpin. Tidak hanya memimpin
dalam hal agama, namun juga dalam hal tata tertib kemasyarakatan yang ada.
Dalam hal nabi menerapkan dasar dasar kehidupan yang menjadi pengokohan
persatuan umat islam dan non mislim dalam pembentukan negara madinah :
1.
Membangun
Masjid
Selain sebagai tempat ibadah, masjid
juga di gunakan untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat jiwa mereka,
sebagai tempat musyawaroh dan berunding masalah tata kemasyarakatan, sebagai
tempat musyawaroh dan berunding masalah tata kemasyarakatan, sebagai tenpat
untuk menimba ilmu dan juga sebagai sebagai pusat pemerintahan masa itu.
2.
. Mendamaikan Suku Aus dan suku
Khazraj
Sebelum islam datang, antara suku aus dan suku khazraj
selalu terjadi perselisihan dan bersitegang bahkan tidak jarang terjadi
pertumpahan darah, hal ni di picu adanya pihak ke tiga yakni yahudi. Kedatangan nabi Muhammad SAW memberikan dampak positif
pada kedua suku tersebut. Kedua suku tersebut banyak memeluk agama isalam,
sehingga semuanya telah terikat padatali keimanan. Meskipun mereka tidak bias
meninggalkan sisi fanatisme kesukuan namun dalam jiwa mereka telah tertanam
bahwa semua manusia dalam pandangan islam adalah sama. Yang membedakan derajat
manusia di sisi Allah hanyalah ketaqwaan.
3.
Ukhuwah Islamiyah
Nabi berusaha mempersaudarakan antara kaum muhajjirin
dan kaum Anshor, dengan demikian di harapkan setiap muslimin merasa terikat
dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Dan inilah bentuk baru ikatan
persaudaraan yaitu tidak berdasarkan pada ikatan darah melainkan atas dasar
Agama.
4.
Mendeklarasikan Piagam Madinah
Di madinah, di samping orang orang arab Islam, juga
terdapat golongan masyarakat yahudi dan orang arab masih menganut Agama nenek
moyang mereka. Agar stabilitas mayarakat dapat di wujudkan , nabi menawarkan
deklarasi dengan mereka. Deklarasi ini di kenal dengan Piagam Madinah yang di dasarkan
pada prinsip keadilan dan kemanusiaan[11].
Deklarasi yang di
contohkan Nabi diimplentasikan dengan meletakan dasar dasar hubungan penguasa
rakyat. Memprioritaskan pendidikan akhlak, sehingga akhlak dalam pembentukan
masyarakat madinah lebih menonjol.
Menurut Ibnu Hasyim, isi
perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
b. Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.
c. Kewajiban penduduk madinah
baik muslim atau non-muslim, dalam hal moril maupun materil. Mereka harus
saling bahu membahu menangkis semua serangan teehadap kota mereka.
d. Nabu Muhammad SAW adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah. Kepada
beliaulah di bawa segala perkara atau perselisihan yang besaar untuk di
selesaikan.
5.
Meletakan
dasar dasar Politik, Ekonomi dan Sosial
Ketika masyarakat islam terbentuk
maka di perlukan dasar dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru. Oleh karena
itu ayat ayat Al-Qur’an yang di turunkan di saat di Madinah di tujukan kepada
pembinaan hukum. Ayat-ayat tersebut di jelaskan oleh nabi melalui lisan.
Sehingga jadilah dua pedoman yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dari dua sumber hokum
islam tersebut didapat suatu system di bidang politik yaitu sisitem musyawarah.
Dan untuk bidang ekonomi di titik beratkan pada jaminan keadilan social. Serta
dalam bidang kemyarakatan, di letakan pula dasar dasar persamaan derajat antara
masyarakat atau manusia, dengan menekan bahwa yang menentukan derajat manusia
adalah ketaqwaan.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Satu-satunya rasul Allah yang diutus
untuk semua ras dan golongan adalah nabi Muhammad saw. Karena itu ajarannya
sangat universal; tidak hanya tentang ibadah dan keakhiratan, namun juga
urusan-urusan diniawi yang mencakup semua sisi kehidupan manusia, mulai dari
masalah makan hingga urusan kenegaraan. Namun demikian, masih banyak orang yang
buta terhadap pribadi dan kehidupan beliau. Akibatnya, mereka terhalang untuk
melihat dan merasakan kebenaran yang dibawanya. Strategi
dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai
Negara Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak
yang disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan
kepada pemerintahan Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua
perundangan utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan
perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.
Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain,
keberhasilannya mencerdaskan masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat yang
cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi umat dan masyarakat dengan asas keadilan
dan pemerataan, serta penegakan nilai etik-moral dan norma hukum yang tegas.
Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun kesalehan ritual yang paralel
dengan kesejahteraan material, ketaatan individual yang seiring dengan
kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang
seimbang dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.
Sebuah fakta
sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah jauh
lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode
Mekkah. Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil
membangun tata peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang
demikian pesat perkembangannya[12].
2. Saran
Hendaknya kita sebagai
umat islam mengetahui dan mengenal sang tokoh revolusioner dunia yaitu nabi
Muhammad SAW dan mengetahui betapa beratnya, betapa besarnya perjuangan dan
pengorbanan beliau.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, dkk, Menjelajahi Peradaban Islam, (Sleman:
Pustaka Insan Madani, 2006), h.12
Burhan, Muhammad, Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul, (Jombang:
LINTAS MEDIA, 2006). hlm.139
Jamil, Ahmad,
dkk, Sejarah Kebudayaa Islam,
(Semarang: CV. Toha, 2010), hlm. 13
Haekal, Muhammad
Husain, Sejarah HIdup Muhammad , (Jakarta: litera Antar nusa, 1990), hlm. 49
Hisyam, Ibnu, Sirat
al-Nabi SAW, Juz 1 (Kairo: Mathba’at al-Madaniy, tt) hlm. 127
Haekal, Muhammad Husein, Sejarah Hidup, hlm. 65
Schimmel, Annemarie, And Muhammad Is The Messenger,
Alih bahasa: Rahmani Astuti, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Cet. III
(Bandung: Mizan, 1993), hlm. 220
Hasan, Hasan Ibrahim, Tarikh al-Islam, hlm. 95-97
Hisyam, Ibnu, Sirat
al-Nabi SAW, hlm. 301-303
http://sejarahnabimuhammaddimadinah.blogspot.com/2011/05/kesimpulan.html. Sebtember20, 2012. 10:39 PM
[1]
Ahmadi, dkk, Menjelajahi Peradaban Islam,
(Sleman: Pustaka Insan Madani, 2006), h.12
[2]
Muhammad Burhan, Kisah Nyata 25 Nabi dan
Rasul, (Jombang: LINTAS MEDIA, 2006). h.139
[6] Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup, hlm. 65
[9]
Annemarie Schimmel, And Muhammad Is The Messenger, Alih
bahasa: Rahmani Astuti, Dan Muhammad
Adalah Utusan Allah, Cet. III (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 220
[10]
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, hlm. 95-97
[11] Ibnu Hisyam, Sirat al-Nabi, hlm. 301-303
[12]
http://sejarahnabimuhammaddimadinah.blogspot.com/2011/05/kesimpulan.html. Sebtember20, 2012. 10:39 PM
Mamtav yes ⭐👍
BalasHapus