Disusun Oleh :
1. Tri Abdul Rohman (2833123017)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesabaran adalah salah satu ciri
mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan
bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang
tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah
seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai
kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Sabar
juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi
maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang
dikatakan dapat dikatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah
dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan
dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu
berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.
Untuk melaksanakan berbagai
kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai
larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan
takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal
kesabaran. Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar
tatkala tertimpa musibah.Maka disini akan menjelaskan bahwasanya sabar
termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus
ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir
Allah.
Ungkapan rasa marah dan tak mau
sabar yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka
mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah maka akan
diterangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa
takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal
itu juga kami ingin memberikan penegasan bahwa bersabar
dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga
wajib.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaiman pengertian
Sabar ?
2. Bagaimana macam-macam
sabar ?
3. Bagaimana cara
melatih kesabaran ?
4. Bagaimana sabar
dalam ajaran Sufi ?
C.
Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian
Sabar.
2. Mengetahui macam-macam
sabar.
3. Mengetahui cara
melatih kesabaran.
4. Mengetahui sabar
dalam ajaran Sufi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sabar
Secara harfiah , sabar berasal dari kata shabara
– Yashbiru - Shabran yang artinya menahan atau mengekang. Sabar adalah
menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak
dibenarkan oleh Allah swt. Dalam berbagai keadaan yang sulit, berat dan
mencemaskan. Sabar juga bermakna ketabahan
dalam menerima suatu kesulitan dan kepahitan, baik secara jasmani
seperti menanggung beban dengan badan berupa beratnya suatu pekerjaan, sakit,
dan sebagainya, juga sabar secara rohani seperti menahan keinginan yang tidak
benar.
Kata sabar mengandung makna yang
sedemikian luas dalam berbagai keadaan, sehingga istilahnya pun berbeda-beda.
Ketika seseorang mendapatkan musibah, dia harus bersabar yang lawannya adalah jaza’u (keluh kesah). Ketika dia hidup
berkecukupan atau berlebihan, dia harus mengendalikan nafsu yang disebut dengan
zuhud yang kebalikannya adalah serakah
(al-hirshu).
Jika dia menghadapi peperangan,
kesabarannya disebut disebut dengan syajaa’ah
(berani), bukan jubnu
(takut,pengecut), jika dia sedang marah kesabarannya adalah lemah lembut (al-hilmu) yang lawannya adalah emosional
(tadzammur), jika dia menghadapi
bencana, sabarnya adalah berlapang dada, jika dia menyimpan perkataan
(rahasia), sabarnya adalah kitmaanus-sirri,
jika dia memperoleh sesuatu yang tidak banyak, sabarnya adalah qanaa’ah (menerima).
Menurut Dzun Nun Al-Mishri, yang di
maksud sabar adalah menjahui hal-hal yang bertentangan, bersikap tenang ketika
menelan pahitnya cobaan, dan menampakan sikap kaya dengan menembunyikan
kekafiran di medan penghidupan, menurut ibnu Atha’, yang dimaksud sabar ialah
tertimpa cobaan dengan tetap berperilaku yang baik. Menurut sebagian ulama,
yang di maksud sabar adalah tertimpa cobaan dengan tetap bersikap baik dalam
pergaulan sebagaiman keadaan sehat.[1]
Menurut Toto Tasmara sabar berarti memiliki ketabahan dan daya
tahan yang sangat kuat untuk menerima beban, ujian atau tantangan tanpa
sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamkannya.[2] Sejalan
dengan pendapat Toto Tasmara, Toshihiko Izutsu
mengemukakan bahwa sabar berarti memiliki ketabahan dan kekuatan jiwa
menghadapi kesengsaraan, penderitaan dan kesulitan dalam hidup.[3]
Sabar merupakan sesuatu yang amat
penting untuk dimiliki oleh setiap muslim, bahkan ini merupakan sesuatu yang
harus diutamakan, karena begitu banyak ujian dan tantangan hidup yang senuanya
itu harus dihadapi dengan kesabaran. Allah swt. Berfirman :
*
câqn=ö7çFs9
þÎû
öNà6Ï9ºuqøBr&
öNà6Å¡àÿRr&ur
ÆãèyJó¡tFs9ur
z`ÏB
z`Ï%©!$#
(#qè?ré&
|=»tGÅ3ø9$#
`ÏB
öNà6Î=ö6s%
z`ÏBur
úïÏ%©!$#
(#þqä.uõ°r&
]r&
#ZÏWx.
4 bÎ)ur
(#rçÉ9óÁs?
(#qà)Gs?ur
¨bÎ*sù
Ï9ºs
ô`ÏB
ÏQ÷tã
ÍqãBW{$#
ÇÊÑÏÈ
“ Kamu pasti
akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal
yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya
yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan. “ (Ali-Imran
: 186)
B.
Macam-Macam Sabar
Seorang ulama
kondang abad ini, Shaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya ash-Shabr fi al-Qur’an
membagi sabar kedalam enam macam, yaitu :
1. Sabar menerima cobaan hidup. Cobaan
seperti ini bersifat alami, tak ada satu manusiapun yang dapat menghindarinya.
Oleh karena itu, kita harus dapat menerimannya dengan penuh kesabaran.
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur
&äóÓy´Î/
z`ÏiB
Å$öqsø:$#
Æíqàfø9$#ur
<Èø)tRur
z`ÏiB
ÉAºuqøBF{$#
ħàÿRF{$#ur
ÏNºtyJ¨W9$#ur
3 ÌÏe±o0ur
úïÎÉ9»¢Á9$#
ÇÊÎÎÈ tûïÏ%©!$#
!#sÎ)
Nßg÷Fu;»|¹r&
×pt7ÅÁB
(#þqä9$s%
$¯RÎ)
¬!
!$¯RÎ)ur
Ïmøs9Î)
tbqãèÅ_ºu
ÇÊÎÏÈ y7Í´¯»s9'ré&
öNÍkön=tæ
ÔNºuqn=|¹
`ÏiB
öNÎgÎn/§
×pyJômuur
( Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
tbrßtGôgßJø9$#
ÇÊÎÐÈ
Artinya: “dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". mereka Itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Sesungguhnya Kami adalah milik Allah
dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa
(pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa
marabahaya baik besar maupun kecil.” (Al-Baqarah : 155-157)
2. Sabar dari keinginan hawa nafsu.
Hawa nafsu mempunyai kecenderungan untuk menginginkan segala macam kenikmatan
hidup, kesenangan dan kemegahan di dunia. Untuk mengendalikanya di perlukan
kesabaran, al-Quran bahkan mengingatkan kita agar jangan sampai harta benda
membuat kita lali dari mengingat Allah, Allah Swt berfirman :
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
w
ö/ä3Îgù=è?
öNä3ä9ºuqøBr&
Iwur
öNà2ß»s9÷rr&
`tã
Ìò2Ï
«!$#
4 `tBur
ö@yèøÿt
y7Ï9ºs
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbrçÅ£»yø9$#
ÇÒÈ
Artinya: ”Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah
orang-orang yang merugi.” (al-Munafiqun : 9)
3. Sabar dalam taat kepada Allah SWT.
Di perlukan kesabaran dalam beribadah, karena setan tak pernah berhenti
menggoda hamba-Nya yang taat melaksanakan perintah-Nya. Allah swt berfiman :
>§
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$tBur
$yJåks]÷t/
çnôç7ôã$$sù
÷É9sÜô¹$#ur
¾ÏmÏ?y»t6ÏèÏ9
4 ö@yd
ÞOn=÷ès?
¼çms9
$wÏJy
ÇÏÎÈ
Artinya : “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan
apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah
dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan
Dia (yang patut disembah)?” (Maryam : 65)
4. Sabar dalam berdakwah. Lukman hakim
menasehati putranya agar tetap bersabar menerima cobaan ketika berdakwah.
Begitu indahnya nasehat itu sampai Allah menyampaikan dalam al-Qur’an :
¢Óo_ç6»t
ÉOÏ%r&
no4qn=¢Á9$#
öãBù&ur
Å$rã÷èyJø9$$Î/
tm÷R$#ur
Ç`tã
Ìs3ZßJø9$#
÷É9ô¹$#ur
4n?tã
!$tB
y7t/$|¹r&
( ¨bÎ)
y7Ï9ºs
ô`ÏB
ÇP÷tã
ÍqãBW{$#
ÇÊÐÈ
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman : 17)
5. Sabar dalam perang. Dalam keadaan
terdesak seorang prajurit Isalam tidak boleh lari meninggalkan medan perang,
kecuali apabila itu bagiaan dari siasat perang. Sebab diantara sifat-sifat
orang yang bertaqwa dalah sabar dalam peperangan, sebagai firman-Nya :
tûïÎÉ9»¢Á9$#ur
Îû
Ïä!$yù't7ø9$#
Ïä!#§Ø9$#ur
tûüÏnur
Ĩù't7ø9$#
3 y7Í´¯»s9'ré&
tûïÏ%©!$#
(#qè%y|¹
( y7Í´¯»s9'ré&ur
ãNèd
tbqà)GßJø9$#
ÇÊÐÐÈ
Artinya : “dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa.” (al Baqarah : 177)
6. Sabar dalam pergaulan. Dalam
pergaulan adakalanya kita tersinggung ketika mendengar atau mendapat perlakuan
kurang menyenangkan dari orang lain. Namun, sebagai muslim kita diwajibkan
untuk bersabar dalam menghadapinya, karena boleh terjadi hal itu ternyata akan
mendatangkan[4]
C.
Cara melatih kesabaran
Untuk
memiliki sifat sabar kita harus melatihnya secara rutin dengan mengambil
kegiatan sehari-sehari sebagai ladang latihan. Misalnya, kesabaran orang tua
dalam menghadapi anaknya, kesabaran guru terhadap murid-muridnya, kesabaran
ulama terhadap jamaahnya, dan kesabaran pimpinan terhadap anak buahnya.
Karena itu,
mulailah dengan melatih hal-hal sederhana, apakah kita resah ketika terjebak
dalam kemacetan yang lama? Apakah kita kesal kepada orang yang tiba tiba saja
menyalip antrian yang panjang di suatu
loket? Apakah kita tidak menggerutu saat sang bayi bangun dan merengek meminta
pelukan dan buaian kita di malam hari? Apakah kita terburu buru saat
menyelesaikan bacaan-bacaan shalat ketika kita sedang shalat? Apakah kita
ikhlas duduk berlama-lama dalam majelis dzikir?
Mari kita
liat kesabaran yang di tunjukan oleh Shaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ketika
beliau di masukkan ke dalam penjara di Qal’ah (Benteng) dari mulutnya
berkumandang ayat al-Quran yang berbunyi :
tPöqt
ãAqà)t
tbqà)Ïÿ»uZßJø9$#
àM»s)Ïÿ»oYßJø9$#ur
úïÏ%©#Ï9
(#qãZtB#uä
$tRrãÝàR$#
ó§Î6tGø)tR
`ÏB
öNä.ÍqR
@Ï%
(#qãèÅ_ö$#
öNä.uä!#uur
(#qÝ¡ÏJtFø9$$sù
#YqçR
z>ÎÛØsù
NæhuZ÷t/
9qÝ¡Î0
¼ã&©!
7>$t/
¼çmãZÏÛ$t/
ÏmÏù
èpuH÷q§9$#
¼çnãÎg»sßur
`ÏB
Ï&Î#t6Ï%
Ü>#xyèø9$#
ÇÊÌÈ
....Lalu diadakan di antara mereka dinding yang
mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan si sebelah luarnya dari
situ ada siksa. (al-Hadid
(57): 13)
Beliau
mondar mandir di sekitar pagar Qal’ah sambil mengulang-ulang ayat tadi. Sesaat
beliau berkata, “apa gerangan yang akan di perbuat musuh-musuhku! Surga dan
kebunku berada di dadaku, kemana saja aku pergi ia akan senantiasa bersamaku.
Kitab dan sunah Nabi-Nya bersamaku. Jika mereka membunuhku, maka kematihanku
adalah syahid. Jika mereka mengasingkanku, maka pengasinganku bagiku merupakan
kesempatan untuk santai. Jika memenjarakanku, maka penjara bagiku laksana
tempat khalwat-ku. Orang yang di tahan adalah orang yang di tahan dari Tuhannya
dan orang yang di tawan adalah mereka yang di tawan oleh hawa nafsunya”
D.
Sabar dalam ajaran Sufi
Sabar yang di maksud dalam ajaran sufi adalah sifat
yang di kehendaki oleh Allah SWT dengan jalan meninggalkan ucapan yang bisa
membawa adanya keluh kesah dan keluh kesah itupun lalu di bawanya dalam ibadah.
Orang yang sabar yaitu orang yang bisa menahan dirinya dalam hal yang di
bencinya, lalu di arahkan untuk bertaubat kepada Allah. Dia melakukan kesabaran
dengan tujuan mengharapkan pahala dari allah dan sanggup menanggung dirinya
dalam kesusahan atau derita. Dengan kesabaran itu kita dapat berusaha untuk
berbuat kebaikan dan bersikap lapang dada dengan meyakini bahwa Allah maha
melihat kepada orang yang bersikap sabar. Sebab jika tidak mau bersabar maka
akhirnya dia akan mendapatkan kemurkaan Tuhanya. Dia rela dengan kesabaran itu
sebab yang demikian itu merupakan keputusan Tuhan, bahkan bersedia bersabar
dalam setiap hari karena akan menimbulkan akibat baik.
Adanaya kesabaran yang sanggup di kuasainya maka dia
telah mencapai tingkatan ridho. Sedangkan Allah akan dapat berbuat sapa saja
sesuai dengan kehendaknya-Nya. Setelah adanya kebaikan makhluk karena
kencintaan Allah terhadap makhluk-Nya.
Hal yang seharusnya di ketahui manusia bahwasanya
seseorang tidak akan memiliki apapun kecuali segalanya dari Allah, maka tidak
ada usaha yang lebih baik kecuali tuntutlah kerelaan Allah dan seseorang tidak
akan mendapat kebaikan kecuali segalanya pemberian dari Allah. Jika suatu saat
ada kerusakan bencana, maka hal itu adalah di tetapkan dan di atur oleh Allah
untuk merusak orang tersebut. Sehingga musuh yang sebenarnya bagi manusia
adalah perbuatnya sendiri yang buruk dan setiap manusia harus memimpin dirinya
sendiri agar selalu baik. Kita harus bisa merubah kemarahan diri menjadi orang
yang sabar. Jika kita banyak melupakan diri kepada Allah maka kita harus menjadi
pemikir yang memikirkan ciptaan Allah, Usahakan selalu tetap selalu merendahkan
diri dan tidak boleh memandang bahawa ada sesuatu yang agung kecuali Allah.
Sabar dalam ajaran sufi mempunyai nilai tertinggi
dalam menapaki jalan tasawuf menuju makrifat billah. Dalam tasawuf di ajarkan
bahwa seseungguhnya tidak ada jalan yang tidak berpenghalang. Begitu pula
dengan perjalanan seseorang yang menuju kepada Allah.
Sebagaiman ditegaskan dalam firman Allah.
@ä.
<§øÿtR
èps)ͬ!#s
ÏNöqyJø9$#
3 Nä.qè=ö7tRur
Îh¤³9$$Î/
Îösø:$#ur
ZpuZ÷FÏù
( $uZøs9Î)ur
tbqãèy_öè?
ÇÌÎÈ
Artinya : “kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya) dan kepada kamilah kamu di kembalikan” (Q.S Al Andbiya’ :
35).
Dengan demikian telah nyata dan jelas bagi kita, bahwa
ada dua macam cobaan, yakni keburukan dan kebaikan. Oleh karena itu kita
hendaknya mawas diri dan selalu waspada sehingga mampu mengatasi berbagai
cabaan tersebut sehingga perjalan kita dalam menuju Allah bisa terlaksana
dengan baik.
Menurut Ibnu Qudamah al Muqaddasi, sikap sabar itu
hanya terdapat pada manusia, sedangkan sabar di bedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Sabar yang berkaitan dengan tubuh,
misalnya dalam menanggung penderitaan badan.
2. Sabar dalam melakukan/melaksanakan
melakukan ibadah yang di rasa sangat berat.
Seorang
penyair sufi mengemukakan : “Orang yang bersabar sampai tercipta kesabaran ,
maka ia meminta untuk bersabar, sambil berseru: “Wahai orang yang sabar,
tetaplah untuk bersabar”. Sufi lainnya mengatakan : “sabar ialah berlaku sabar
dengan kesabaran atau hendaknya tidak mencari kebahagiaan di dalam berlaku
sabar”. Lain lagi yang di ungkapkan oleh sahal ia menyatakan bahwa “sabar yaitu
hanya mengaharapkan kebahagiaan dari Allah dan inilah suatu perbuatan yang
paling utama dan paling mulia.
3
$yJ¯RÎ)
®ûuqã
tbrçÉ9»¢Á9$#
Nèdtô_r&
ÎötóÎ/
5>$|¡Ïm
ÇÊÉÈ
Artinya : “Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah yang di cukupkan pahala
mereka tanpa batas” (Q.S Az Zumar : 10)
Dengan
demikiaan Allah telah menjanjikan pahala besar bagi orang-orang yang sabar.
Dalam hal ini patut pula kita perhatikan dan renungkan perkataan Khalifah Umar
bin Khatab r.a : “jika kamu bersabar, tetap berlalu ketentuan Allah dan kamu
mendapatkan pahala dan jika kamu mengeluh, juga tetap berlalu ketentuan Allah
dan kamu mendapat dosa di karenakan ketidak sabaranmu. Karena itu, seandainya
kita mengarapkan atau menginginkan sesuatu, kemudian apa yang kita inginkan
belum terpenuhi, maka hendaknya kita bersabar karena hal itu mungkin bukan
milik kita.
Selanjutnya sabar itu ada 4
tingkatan menurut pengertian yang dhohir, diantaranya adalah :
1. Sabar dalam menunaikan ibadah-ibadah
yang di wajibkan oleh Allah pada setiap masa dan keadaan, yaitu dalam masa
senang dan susah , masa sehat dan sakit dan dalam keadaan sukarela dan
terpaksa.
2. Sabar terhadap semua larangan Allah
serta menahan nafsu dari segala perbuatan yang di inginkan oleh nafsu dari
segala perkara yang tiada didiridloi oleh Allah.
3. Sabar dalam mengerjakan ibadah
ibadah yang sunat, berbakti dalam amalan amalan kebajikan yang akan mendekatkan
seorang hamba kepada Tuhan.
4. Sabar menerima hak yang di sampaikan
kepadamu oleh siapa saja atau yang menyeru engkau dengan nasehat nasehat yang
baik, maka hendakalah kamu menerimanya dengan penuh kesabaran.[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara harfiah , sabar berasal dari
kata shabara – Yashbiru- Shabran yang
artinya menahan atau mengekang. Sabar adalah menahan diri dari
bersikap,berbicara, dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah swt. Seorang muslim harus bersabar dalam berbagai keadaan
dan bentuknya dalam kehidupan ini. Secara garis besar, sabar bisa dikelompokkan
menjadi dua : yaitu sabar jasmani dan rohani.
Sabar
mempunyai banyak keutamaan diantaranya adalah : Menimbulkan
kekuatan yang berlipat,memperoleh balasan yang lebih baik, karunia yang utama, memperoleh
kebahagiaan, memperoleh ampunan dan pahala yang besar, selalu bersama Allah,
memperoleh keberuntungan dan masuk surga dengan disambut para malaikat.
DAFTAR PUSTAKA
Naisaburi, Abul Qasim
Abdul Karim Hawazin An, Ar-Risalatul
Qusyairiah fi ‘ilmit Tashawwuf, Jakarta: Pustaka Amani, 2002
Tasmara,
Toto, Kecerdasan Ruhaniah, Jakarta : Gema Insani Press
Izutsu,
Toshihiko, Etika Beragama dalam Qur’an,
Jakarta : Pustaka Firdaus, 1993
Bya, Asfa davy, Jejak langkah mengenal Allah, Jakarta:
maghfirah pustaka, 2006
Senali, Saifulloh Al Aziz, Risalah memahami ilmu thasawwuf,
surabaya: terbit terang, 1998
[1]Abul
Qasim Abdul Karim Hawazin An Naisaburi, Ar-Risalatul
Qusyairiah fi ‘ilmit Tashawwuf, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hlm. 259
[4]Asfa
davy bya, Jejak langkah mengenal Allah,(Jakarta:
maghfirah pustaka, 2006), hlm. 408
[5]Saifulloh
Al Aziz Senali, Risalah memahami ilmu
thasawwuf, (surabaya: terbit terang, 1998) hlm. 136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar